Masyarakat
Indonesia masih sangat minim memiliki ketertarikan literasi. Pasalnya hal ini
terjadi karena kurangnya edukasi sejak dini tentang dunia literasi. Dari jaman
sebelum berkembangnya dunia teknologi seperti munculnya android, masyarakat
Indonesia sangat kurang tertarik dalam membaca ataupun menulis apalagi sejak
berubahnya jaman menjadi lebih maju dan android telah dimiliki siapa saja, maka
hal ini lebih membuat anak-anak Indonesia tidak berkeinginan berkecimpung dalam
dunia literasi.
Peran edukasi
sangat diperlukan untuk mengajak anak-anak serta membiasakan mereka untuk
membaca dan menulis agar terciptanya ketertarikan membaca dalam diri anak-anak.
Dalam membangun ketertarikan literasi pada diri anak sejak dini dapat dimulai
dengan membuat puisi, dongeng ataupun cerita keseharian mereka. Ini salah satu
hal sederhana yang dapat menarik rasa antusias anak-anak tentang dunia
literasi. Tidak hanya peran pendidikan dari sekolah-sekolah, peran dari
keluarga adalah garda terdepan dalam mengenalkan dunia pembelajaran kepada anak
sejak dini karena keluarga adalah orang terdekat untuk anak dalam menemaninya
belajar banyak hal.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam membentuk kepribadian yang baik serta meningkatkan potensi yang dimiliki agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal lewat bantuan orang sekitarnya, yaitu keluarga. Keluarga di rumah adalah wadah efektif yang memiliki kuantitas waktu lebih banyak dibanding pendidikan formal sehingga diharapkan mampu menjadi penggerak literasi bagi anak. Literasi pertama kali harus dimulai dari keluarga karena keluarga adalah pilar utama penggerak, selanjutnya akan menular kepada masyarakat dan berakhir dengan terbentuknya negara yang memiliki literasi tinggi. Kemudian pihak pendidik dari sekolah-sekolah juga dapat dijadikan pendorong untuk meningkatkan literasi pada anak sejak dini.
Upaya membudayakan literasi di sekolah
dapat dilakukan oleh semua guru.
Semua guru, bukan
hanya guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dituntut menjadi motivator kegiatan literasi di sekolah, terutama bagi siswa. Jika
literasi sudah membudaya di sekolah, maka akan terbentuk generasi berkarakter
saintifik. Pembudayaan literasi sangat berkaitan dengan
kegiatan ilmiah. Dengan pembudidayaan literasi yang diprogramkan
secara rutin dan berkesinambungan, sadar atau tidak, akan
membentuk bangsa Indonesia yang berorientasi saintifik.
Akses yang luas
pada sumber informasi, baik di dunia nyata maupun dunia maya dapat menjadikan
peserta didik lebih tahu dari pada
guru. Oleh sebab itu, kegiatan peserta didik dalam berliterasi semestinya tidak
lepas dari kontribusi guru, Guru sebaiknya berupaya menjadi fasilitator yang
berkualitas. Guru dan pemangku kebijakan sekolah harus menjadi figur teladan
literasi di sekolah. Tujuan dari Gerakan Literasi Sekolah adalah menjadikan
sekolah sebagai organisasi pembelajaran berbudaya literasi, dan membentuk warga
sekolah yang literat dalam hal baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial,
budaya serta kewargaan. Dalam pelaksanaannya, Gerakan Literasi Sekolah menyasar
ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Tips-tips
untuk meningkatkan literasi pada anak sejak dini :
1.Literasi Berbasis Bermain
Bermain merupakan dunia bagi anak. Mereka akan mengenali,
mempersepsi, dan mempelajari berbagai hal melalui bermain. Sebagian orang tua
menginginkan anaknya belajar mulai usia sedini mungkin dan mengurangi waktu
bermain mereka.
2.Orang
tua membacakan buku pada anak
Orang tua adalah sosok figur yang akan dicontoh oleh
anak. Ketika orangtua sering membacakan buku pada anak, perlahan anak akan
menggemari aktivitas membaca buku.
3. Literasi dikembangkan sesuai kondisi lingkungan
Ketika berinteraksi dengan anak,
seharusnya topik yang diangkat adalah sesuai dengan kondisi lingkungan
sekelilingnya. Tujuannya adalah agar memudahkan anak untuk memahami isi cerita
tersebut, karena apa yang diceritakan dapat ditanggap dengan mudah oleh panca
indera mereka dari lingkungan sekitarnya.
4.
Pengembangan literasi melalui budaya daerah
Semakin
sering anak mendengar bahasa daerahnya dan budaya-budaya sekitarnya, semakin
menumbuhkan kesadaran fonologinya dan mengembangkan kognisinya. Kesadaran
fonologi dan kognitif ini menjadi dasar untuk mengembangkan pra literasi.
Karena berdasar apa yang mereka dengar mereka mampu membangun pengetahuan baru
dan memahami budaya di sekitar lingkungannya.
5.Berikan
umpan balik kepada anak
Perbedaan
tingkat penguasaan bahasa diantara anak-anak, merupakan cerminan bagaimana
lingkungan memperkaya bahasa mereka baik di rumah maupun di sekolah.
Kegiatan
membaca penting untuk anak karena membantu melatih agar anak terbiasa baca
bahkan mencintai baca di masa depan. Dengan membaca, memungkinkan anak-anak
untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Jika anak belum bisa membaca,
orang tua dapat membacakan lantang suatu tulisan, contohnya dengan membacakan dongeng-dongeng
yang menarik. Dengan cara ini anak akan terbiasa dengan bunyi bahasa,
konstruksi kalimat, dan nada serta ritme pengucapan yang berbeda. Tak hanya
itu, membaca dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa,
meningkatkan kosa kata dan meningkatkan ejaan.
Dengan
meninjau banyaknya manfaat yang bisa didapatkan anak ketika mereka diberi
kegiatan literasi sejak usia dini, orangtua sudah sepantasnya berkontribusi
dengan menyediakan lingkungan yang merangsang seputar bahasa, membaca dan menulis
serta mendukung agenda literasi sekolah di rumah. Karena tidak semua orang tua
menyadari pentingnya peran mereka dalam mendukung literasi anak-anak. Di masa sekarang, pendidikan literasi sedang
gencar-gencarnya dilakukan oleh para praktisi pendidikan untuk mencetak
individu yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik, namun juga memiliki
pola pikir kritis dan logis. Praktiknya tentu saja
tidak harus terpaku pada pembelajaran di sekolah. Orang tua di rumah pun perlu
turut andil dalam menanamkan pendidikan literasi pada anak-anak mereka mulai
dari sejak dini.
Tujuan utama literasi bukan hanya
menekankan pada kemampuan anak untuk membaca atau menulis. Kedua jenis
kemampuan tersebut sebenarnya hanya menjadi landasan bagi tujuan yang lebih
luas, yakni membentuk generasi yang mampu berpikir kritis dalam menyikapi
setiap informasi yang diperoleh.
Tidak ada komentar