Sudah hampir tiga tahun masyarakat Indonesia maupun seluruh dunia dihadapkan dengan berbagai masalah yang diakibatkan dari wabah covid 19. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam menangani dan mengatasi virus tersebut. Dari pemberlakuan jaga jarak hingga penerapkan PPKM. Imbas yang diakibatkan oleh Covid 19 tidak hanya pada bidang ekonomi saja, akan tetapi kehidupan social maupun pendidikan turut merasakannya.
Dampak dari penyebaran Covid menyebabkan pendidikan harus dilaksanakan secara daring dikarenakan penutupan sekolah, sehingga proses pembelajaran banyak mengalami kegagalan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu banyak siswa yang tidak memiliki HP atau laptop, kuota yang tidak mencukupi, jaringan atau aplikasi, kesiapan guru dan siswa dan berbagai faktor lainnya.
Berbagai faktor tersebut menjadi sebuah polemik yang harus dicarikan solusi baik itu dari pemerintah maupun dari para guru pengajar. Beberapa pendidikan di Gampong Alue Merbau mengalami stuck di tempat, atau tidak mengalami kemajuan. Oleh sebab itu perlu kiranya guru mencari solusi, apakah menunggu kondisi normal, atau mengambil peran penting dalam merencanakan strategi-strategi pemebelajaran pada saat berakhirnya pandemi.
Selain hal tersebut ada dua indikator yang perlu diperhatikan dalam melakukan perubahan yang dikemukakan oleh Dr. Penny Pertama, kenali diri. Hal in bertujuan untuk menemukan kekuatan, kelemahan, sumber motivasi dan hal yang menghambat dalam diri peserta didik. “Peserta didik harus mengetahui kondisi fisik yang kuat/lemah, pelajaran yang dirasa mudah/sulit, keterampilan yang dikuasai/belum dikuasai dan gaya belajar yang sesuai/tidak sesuai. Selain itu, dukungan orang terdekat dan tidak menunda sesuatu juga menjadi faktor penting bagi peserta didik,” jelas Dr. Penny.
Kedua, tentukan target yang ingin dicapai. “Menentukan target dapat memberikan arah apa yang harus dilakukan, modal apa yang harus dimiliki, mana yang harus diprioritaskan. Selain itu, hal ini dapat memacu semangat dan motivasi untuk terus berusaha serta mendorong perkembangan diri menjadi lebih baik,” jelasnya.
Ketiga yaitu kelola diri. Ini merupakan salah satu faktor penting untuk mengontrol pikiran, emosi kesehatan, dan waktu. “Pengelolaan diri ini meliputi apa yang dipikirkan seperti hal positif/negativf, pengendalian emosi, pola kesehatan, dan manajemen waktu,” ujarnya.
Perubahan kebiasaan yang terjadi di masa Covid-19 ini tentu sangat berdampak ke segala aspek, baik adaptasi teknologi, tantangan pembelajaran, hingga psikologis peserta didik. Oleh karena ini perlu adanya resiliensi agar peserta didik bertahan, bangkit, dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang sulit dan penuh tekanan dalam bidang akademik. (CTF)
Penulis : Siti Mulliana Sari, Armas Maisari, Luchi Syahfira (Mahasiswa KKN 2021, Jurusan PGMI, IAIN Langsa)
Tidak ada komentar