ARTIKEL CERITA DAERAH

Pengusaha Tahu Yang Berjuang Demi Keberlangsungan Hidup Dimasa Pandemi

Bintang Kecil
Januari 31, 2022
0 Komentar
Beranda
ARTIKEL
CERITA
DAERAH
Pengusaha Tahu Yang Berjuang Demi Keberlangsungan Hidup Dimasa Pandemi



Hadirnya pandemi COVID-19 telah membawa perubahan terhadap dunia dengan berbagai tantangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Di Indonesia, COVID-19 telah menjangkiti lebih dari 1,3 juta orang sejak kasus pertama diumumkan pada bulan Maret 2020, setidaknya 35.000 orang telah meninggal dunia. Namun, upaya untuk menghambat penyebaran virus COVID-19 telah menghambat kegiatan perekonomian dan dampaknya terhadap tingkat kesejahteraan sosial semakin dirasakan masyarakat. Setelah menunjukkan pencapaian penurunan kemiskinan beberapa tahun belakangan ini, tingkat kemiskinan kembali meningkat setelah pandemi COVID-19.

Kisah yang akan diangkat kali ini berasal dari salah satu pengusaha kecil di desa Rantau Pauh, terletak di Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Desa rantau pauh menyimpan sosok inspiratif dari salah satu Pengusaha kecil yang menjadi bagian dari pergerakan ekonomi di Indonesia. Sebut saja ia bang lilik, meski diterpa badai krisis ekonomi, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk melakukan resiliensi dan bertahan menjadi penopang perekonomian. Resiliensi merupakan kemampuan seseorang dalam beradaptasi dan mengatasi terhadap setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kekuatan setiap individu untuk terus melanjutkan hidup dengan baik ditengah situasi genting yang melanda.

Bang lilik adalah salah seorang pengusaha tahu di Desa Rantau Pauh yang terkena imbas dari adanya pandemi COVID-19 yang melanda. Pada saat pemerintah mengumumkan penerapan pembatasan social skala besar ia mulai merasakan dampaknya, muali dari ia memasarkan tahunya dengan resiko sering tidak habis karena masyarakat yang takut harus ke pasar, dengan keadaan begitu maka ia berinisiatif untuk mengurangi produksinya agar ia tidak merugi, yang biasanya memproduksi 75 kg kedelai kini ia hanya dapat memproduksi 50 kg kedelai perhari.

Bukan hanya terimbas oleh pandemi saja tetapi ia juga merasakan imbas dari harga kacang kedelai yang terus melambung yang membuat ia harus putar otak untuk tetap bisa menjalankan usahanya. Cara yang ia lakukan untuk mempertahankan usahanya ialah dengan cara ia mengurangi jumlah tahu, yang dulunya ia dapat menjual 1 bungkus tahu dengan harga Rp.3.000 dengan jumlah isi 8 tahu kini ia menjual dengan harga Rp.3.500 dengan isi 7 tahu.    ia memasarkan hasil produksinya sendiri ke pajak pagi rantau yang merupakan salah satu pasar yang masih berada satu desa dengan tempat tinggalnya .

Dari kisah bang lilik ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemampuan seseorang untuk mempertahankan usaha kecil dapat membantu pemulihan perekonomian masyarakat pada masa pandemi COVID-19. Keterbatasan yang ada bukanlah sebuah pembatas untuk tetap bertahan hidup dengan melakukan berbagai upaya yang ada. Selain itu, kreativitas dan dukungan juga dibutuhkan oleh setiap pelaku usaha kecil untuk dapat meningkatkan kualitas produk, mutu penjualan, serta strategi pemasaran yang baik.

(Penulis: M. Diansyah Putra, Mahasiswa KPM Termin II IAIN Langsa Jurusan Ekonomi Syariah)

Penulis blog

Tidak ada komentar