Tempe sudah lama diakui sebagai makanan dengan nilai gizi yang tinggi. Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai 1960-an, diperoleh hasil bahwa tempe mengandung unsur yang berguna bagi tubuh, yaitu asam lemak, vitamin, mineral, dan antioksidan.
Tempe adalah sumber protein bagi tubuh manusia. Tempe juga
merupakan hasil olahan makanan dari produk non susu, yang mana bahan dasar
utamanya adalah kedelai dan ragi. ragi adalah kumpulan
spora mikroorganisme, yang dalam hal ini disebut dengan kapang. Dalam proses pembuatan
tempe, setidaknya terdapat empat jenis kapang yang dibutuhkan dari genus Rhizopus,
yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus
arrhizus, Rhyzopus orizae.
Keempat jenis kapang tersebut berfungsi untuk mengikat keping-keping dari
biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe yang dapat dimakan. Melalui proses
fermentasi yang terjadi memungkinkan adanya perubahan kimia pada protein,
lemak, dan karbohidrat, yang menjadikan kadar protein tempe jumlahnya sembilan
kali lipat lebih banyak daripada sumber protein lain.
Dari dulu hingga saat ini, tempe masih menjadi makanan sederhana yang
mempunyai kandungan gizi banyak, serta manfaat yang baik untuk tubuh manusia. Beberapa khasiat tempe
bagi tubuh manusia adalah sebagai berikut.
· Mencegah dan mengendalikan diare
· Memperlancar pencernaan
· Mempercepat proses penyembuhan duodenitis
· Menurunkan kadar kolesterol
· Menghambat resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker.
Proses Pembuatan Tempe
Tempe yang paling dikenal baik di
Indonesia dan juga di dunia adalah tempe kedelai. Pembuatan tempe kedelai dapat
melalui dua cara, yaitu tradisional dan modern. Secara umum tidak ada perbedaan
khusus antara tradisional dan modern,
hanya saja proses tradisional membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses pengupasan kedelainya.
Berikut ini akan dijelaskan proses pembuatan tempe dengan cara tradisional
:
1. Pemilihan dan pencucian kedelai
Biji kedelai yang dipilih untuk dijadikan
sebagai bahan dasar tempe harus bagus, bernas, dan padat berisi. Pemilihan
tersebut digunakan agar dapat menghasilkan tempe yang baik dan berkualitas
nantinya. Cara mencuci kedelai dilakukan dengan air bersih dan berulang-ulang
agar pasir dan kotoran tidak menempel pada kedelai yang siap untuk diolah.
2. Perendaman awal
Kedelai direndam dalam air selama 12 jam,
yang mana dalam proses ini akan memudahkan pengupasan kulit biji bekedelai.
Pada saat kedelai direndam berlangsung proses fermentasi oleh bakteri yang ada
di air.
3. Pengupasan kulit
Pengupasan kulit dapat dilakukan dengan
cara biji kedelai yang diinjak-injak, jika produksi tersebut dalam jumlah yang besar.
Sementara itu, jika produksi rumahan maka caranya bisa lebih higienis, yaitu
dengan alat pengupas biji.
4. Perendaman lanjutan
Perendaman lanjutan dilakukan agar kedelai
mencapai tingkat keasaman yang baik, yaitu sekitar 3,5 hingga 5,2 pH.
5. Pencucian kedelai yang telah direndam
Pencucian berfungsi untuk menghilangkan
bakteri dan mikroorganisme yang tumbuh selama perendaman, serta membuang
kelebihan asam dan lendir yang terproduksi
6. Perebusan lanjutan
Proses perebusan lanjutan berfungsi sebagai proses sterilisasi untuk mematikan mikroorganisme yang tumbuh selama perendaman. Lama perebusan tergantung pada kondisi bahan. Umumnya proses ini memakan waktu 40-60 menit.
7. Penirisan dan pendinginan
Biji yang telah direbus ditiriskan dengan
ditebarkan di atas nampan yang lebar dan besar agar lebih mudah tiris dan
dingin.
8. Penambahan ragi
Penambahan ragi pada kedelai dilakukan
pada suhu sekitar 37°C. Setiap 1 kg biji kedelai, takaran ragi yang digunakan
adalah satu sendok makan. Kemudian di aduk dan dicampur rata yang dilakukan di
atas nampan.
9. Pembungkusan bahan
Bahan untuk membungkus bisa menggunakan
bahan alami seperti daun jati dan daun pisang, atau bahan buatan seperti
plastik yang dinilai lebih praktis dan efisien.
10. Fermentasi, pemecahan senyawa kompleks
Setelah dibungkus, calon tempe
difermentasikan pada suhu kamar 38-40°C. Suhu dijaga agar tidak lebih dan tidak
kurang dari suhu yang telah ditentukan, mengingat suhu memiliki peranan penting
apakah proses fermentasi itu berhasil atau tidak. Proses fermentasi didiamkan
selama 1 hingga 2 hari untuk dapat menghasilkan tempe segar yang dapat
dikonsumsi.
(Penulis: Anisyah Dwi Salmy, Mahasiswi IAIN Langsa, Jurusan Pendidikan Agama Islam)
Tidak ada komentar