Oleh Tassa Naryumi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (IAIN Langsa)
Moment pernikahan juga budaya yang terkandung didalamnya selalu menarik untuk dibahas. Apalagi, mengingat bahwa diindonesia memiliki ragam kebudayaaan sehingga terdapat pula ragam adat pernikahan. Tidak hanya busana dan adat istiadat yang berbeda, namun sajian makanan disetiap pernikahan juga berbeda dan mengandung makna tersendiri, salah satunya dodol talam aceh itu tidak pernah ketinggalan untuk dijadikan makanan seserahan saat proses pernikahan.
Dodol adalah makanan tradisional dan panganan manis dari indonesia yang cukup populer. Proses pembuatan dodol bermutu tinggi memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan keahlian khusus. Bahan utama membuat dodol adalah santan kelapa, tepung ketan, gula pasir, gula merah, dan garam.
Makwi (58), adalah salah satu pemilik usaha dodol talam yang berada di gampong baroh langsa lama yang terletak di dusun persatuan. Beliau merintis usaha awal mulanya bekerja di tempat orang lain selama 20 tahun, namun seiring berjalannya waktu, beliau beralih untuk membuka usaha sendiri dari tahun 2018 – sekarang. Usaha beliau sudah di kenal sampai keluar aceh. Tidak ada perbedaan dalam penghasilan baik saat sebelum pandemi sampai dimasa pandemi saat ini. Pembuatannya dilakukan pada saat ada orderan saja, paling banyak orderan disaat hari-hari besar saja, banyak pelanggan yang menyukai dodol talam makwi ini, sehingga pendapatan makwi terhitung dalam 1 talam dodol tersebut senilai Rp.200.000.
Selain membuat dodol, makwi juga membuat beraneka kue talam aceh lainnya, seperti wajek, rasidah, haluwa, dan beusekat. Dengan beraneka ragam kue talam aceh ini banyak para pengantin baru yang memesan kue talam aceh tersebut untuk hantaran pernikahan. Beliau merintis usaha ini dengan suami tercinta nya yang berawal dari memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak- anaknya. Kini omset yang di hasilkan dari dodol talam ialah mencapai Rp. 1.500.000,00ˉ.
Tidak ada komentar