Pedagang adalah salah satu profesi yang di tekuni oleh sebagian masyarakat kecil dalam memperoleh pendapatan sehari-hari untuk menafkahi keluarganya.
Di sini siapa sih yang gak kenal dengan yang namanya kerupuk, pasti semua sudah tau, makanan sejenis apa itu.
Kerupuk adalah sebuah cemilan yang berbahan dasar tepung dan enak, yang bisa di konsumsi kapan saja, selain harganya yang terjangkau, kerupuk juga sering di gunakan untuk lauk makan.
Pak Hasbi adalah seorang pedagang kerupuk, beliau memproduksi sendiri kerupuknya dan kemudian ia pasarkan sendiri, beliau sudah memproduksi kerupuk salama kurang lebih 15 tahun.
Metode pemasaran yang beliau gunakan adalah dengan menitipkan hasil produksinya ke warung-warung yang ada di sebagian wilayah Aceh Timur, ada juga yang di jual di rumah nya sendiri.
Di masa pandemi ini beliau sedikit mengeluh karena tidak ramainya konsumen dari dagangan-dagangan yang beliau tawarkan, biasanya beliau menjual dagangannya laris habis dalam sehari, tetapi di masa pandemi ini beliau harus menjualnya minimal satu atau dua hari penjualan, bahkan ada yang lebih dari pada itu karena berkurangnya pembeli, dan keterbatasan beliau dalam memasarkan hasil olahannya.
Dari sini bisa kita tafsirkan bahwa Yang berkurang itu bukan dari si pembeli tetapi dari segi perekonomian masyarakat, karena di masa pandemi aktivitas di luar rumah itu tidak di perbolehkan oleh pemerintah, karena dapat menyebabkan peningkatan penularan covid-19 secara pesat, sehingga pedagang-pedagang kecil seperti pak Hasbi merasa kesulitan dalam menjalankan aktivitas perdagangannya.
Beliau mengatakan bahwa “penjualan saya di masa pandemi sangat menurun, bahkan untuk hasil yang saya dapatkan tidak sesuai dengan modal yang saya keluarkan, yang biasanya saya dapat meraup keuntungan 50% dari hasil penjualan saya tetapi beda hal nya dengan keuntungan yang saya dapatkan di masa pandemi jangankan di angka 50% bahkan untuk mencapai laba di angka 10% sudah sulit saya dapatkan, hal ini terjadi karena semua harga barang naik sedangkan permintaan menurun di tambah lagi dengan harga minyak goreng yang sekarang melonjak, membuat saya lebih kesusahan dalam produksi saya” Begitulah curahan seorang pedagang pembuat usaha kerupuk di sebuah desa.
Pendapatan pak Hasbi sehari-hari tafsiran angka Rp100.000-Rp150. 000 per hari dan tekadang pendapatan tersebut bisa saja lebih atau kurang dari pada pendapatan biasanya, tergantung ramainya pembeli atau konsumen.
Tetapi di kondisi yang sekarang beliau malah sangat mengalami kesulitan dalam penjualan, karena harga minyak pun yang sangat melonjak tinggi, sehingga beliau mengeluarkan kebijakan untuk memperkecil sedikit ukuran kerupuk yang beliau produksi, agar masyarakat dapat menikmati olahan beliau tanpa menambah harga beli ataupun harga jual.
Penulis : Efiyanti (Mahasiswi IAIN Langsa Prodi Ekonomi Syariah)
Tidak ada komentar