ARTIKEL BERITA DAERAH

Produksi Tempe Rumahan Sebagai Sumber Penghasilan

Walies MH
Februari 05, 2022
0 Komentar
Beranda
ARTIKEL
BERITA
DAERAH
Produksi Tempe Rumahan Sebagai Sumber Penghasilan

Mendirikan usaha tempe rumahan sendiri sangat membantu dalam membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat setempat guna meningkatkan perekonomian mereka. Karena ditengah sulitnya perekonomian seperti saat ini menuntut semua orang untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Dan dengan adanya contoh usaha tempe sendiri yang dibuat tersebut, juga dapat memicu masyarakat ingin ikut juga mendirikan berbagai macam usaha lain sendiri juga nantinya. Sehingga masyarakat dapat berfikir lebih luas dan kreatif, serta berusaha untuk lebih maju dalam menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Karena sesungguhnya setiap masing-masing kita mempunyai keahlian atau kreatifitas yang bisa digali dan juga dikembangkan, bila kita dapat mengerti caranya dengan baik. Bukan malah Cuma bergantung dari pekerjaan yang hanya disediakan saja. Dan bukan hanya bergantung dari pekerjaan yang diberikan orang lain kepada kita.

Tempe merupakan salah satu makanan khas Indonesia, makanan sederhana yang diolah dari bahan baku  kedelai dan difermentasikan  menggunakan ragi ini adalah bahan makanan yang sudah diakui paling disukai dan dicari banyak orang, karena rasanya yang gurih dan juga nikmat serta aromanya yang khas membuat banyak orang menyukai tempe. Selain rasanya yang nikmat dan gurih, salah satu jenis makanan nabati ini juga mengandung nutrisi dan berprotein tinggi yang sangat dibutuhkan dan mudah diserap oleh tubuh. Melainkan juga harganya yang sangat terjangkau murah. Pokoknya memang tempe adalah makanan sederhana yang tidak mahal, alami, sekaligus sehat.

Tempe pun menjadi salah satu makanan favorit. Banyak dari Ibu;ibu menjadikan tempe sebagai lauk pelengkap nasi dan menu hidangan seperti menu makanan yang digoreng, ditumis, maupun diolah menjadi berbagai cemilan lainnya seperti gorengan dan masih banyak makanan lain sebagainya berbahan baku tempe yang rasanya pasti enak dan selalu memanjakan lidah jika diolah menjadi makanan apapun.

Lokasi KPM yang saya pilih di langsa ini yaitu bertempat di gampong Lengkong. Ada banyak desa di kota Langsa ini. Saya memilih sebuah usaha tempe rumahan yang sudah lama didirikan di Gampong Lengkong. Pekerjanya terdiri dari beberapa orang ibu-ibu yang merupakan masyarakat di gampong tersebut.

Dalam perjalanan usaha memang tidak ada yang selalu mulus tanpa adanya hambatan yang datang menghampiri. Dimana-mana pastinya hambatan itu selalu ada, tergantung cara orang tersebut dalam menyikapi dan mengatasinya. Begitupun dalam usaha tempe rumahan ini, tidak menutup kemungkinan untuk tidak ada terjadinya hambatan.

Dan keluhan yang saya dapatkan dari usaha tempe disini yaitu “bahwa dalam pembuatan tempe tentunya sudah pasti memerlukan kacang kedelai, namun jika perekonomian sedang menyurut, kacang kedelai pun menjadi sulit didapat. Apalagi terutama di masa pandemi ini. masalah pada masa pandemi saat ini pada usaha tempe memang ada, tapi bukan menjadi masalah besar. Pengusaha masih bisa berjualan tempe. Namun, kendala pada kedelai bisa menyulitkan pengusaha tempe. Apalagi kacang kedelai adalah bahan utama dari pembuatan tempe. Walau kedelai susah didapatkan, pengusaha tempe pun tetap bereoperasi. Nah, seperti itulah yang menyulitkan pengusaha tempe untuk membuat tempe dan diedarkan ke masyarakat. Walau begitu, pengusaha pernah juga istirahat sebentar untuk beroperasi. Namun, itu tidak berjalan lama. Usaha tetaplah usaha. Perekonomian tetaplah menjadi prioritas. Demi keberlangsungan hidup, pengusaha tetaplah beroperasi.

 Sebuah usaha tempe tersebut pembuatannya diolah masih menggunakan alat tradisional. Alami yang menggunakan ragi dan tepung saja. Tempe juga dibungkus menggunakan daun pisang. Pekerja lebih memilih untuk  membungkus tempe menggunakan daun saja “karena tempe dengan bungkusan daun tersebut banyak diminati oleh warga dikarenakan rasanya yang lebih nikmat dan aromanya yang khas dibandingkan dengan tempe yang dibungkus plastik.” Begitu seperti yang telah dikutip dari narasumber ibu ena salah satu pekerja di usaha tempe rumahan tersebut. Memang sih, tempe yang dibungkus dengan daun pisang memang lebih juara dari segi aroma dan rasanya. Sama halnya dengan makan tempe yang dibungkus daun pisang dan yang dibungkus plastik, tentu dari segi rasa dan juga aroma bakal beda. Tempe yang dibungkus daun pisang punya aroma dan rasa yang lebih khas dan sedap dari pada tempe yang dibungkus dengan plastik. Tempe tersebut tidak hanya diminati oleh masyarakat yang berada di desa selalah tersebut saja, tetapi penjualan dan peminatnya sudah meluas hingga ke berbagai daerah lainnya maupun luar kota. Tempe hasil usaha rumahan tersebut sudah banyak dibawa ke daerah langsa, dan sekitarnya. Pembeli yang datang sendiri ke tempat tersebut dan tempe tersebut sudah dijual kemana-mana.

 Proses pembuatannya : tempe digiling lalu direndam satu malam. Kemudian besoknya dicuci lagi yang bersih, baru dikukus, baru kemudian didinginkan lagi. Setelah dingin barulah kemudian diragiin untuk selanjutnya agar dapat dibungkus.

 Langkah pembuatannya : Pertama, kedelai dicuci dengan air hingga bersih, kemudian kedelai direndam selama satu malam. Setelah selesai direndam, lalu cuci kembali rendaman kedelai tersebut sampai bersih. Selanjutnya, rebus atau kukus rendaman kedelai yang telah dicuci bersih selama 30 – 45 menit. Lalu dibiarkan dingin di tempat terbuka. Langkah berikutnya, kupas kulit ari kedelai yang telah direndam semalam dengan menggunakan tangan atau memanfaatkan mesin, setelah itu cuci hingga bersih.Kukus selama 20 menit, kemudian angkat dan dinginkan, setelah dingin barulah taburi ragi tempe dan aduk hingga rata. Setelah itu, bungkus kedelai dengan menggunakan daun pisang maupun plastik, sesuai yang diinginkan.

  

Penulis : Rustam Erwin Syah Putra & Muhammad Razi ( Mahasiswa IAIN Langsa, Prodi             : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah )


Penulis blog

Tidak ada komentar