Produksi Tempe Rumahan Sebagai Sumber Penghasilan
Mendirikan usaha tempe rumahan
sendiri sangat membantu dalam membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat
setempat guna meningkatkan perekonomian mereka. Karena ditengah sulitnya
perekonomian seperti saat ini menuntut semua orang untuk dapat menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri. Dan dengan adanya contoh usaha tempe sendiri yang
dibuat tersebut, juga dapat memicu masyarakat ingin ikut juga mendirikan
berbagai macam usaha lain sendiri juga nantinya. Sehingga masyarakat dapat
berfikir lebih luas dan kreatif, serta berusaha untuk lebih maju dalam
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Karena sesungguhnya setiap
masing-masing kita mempunyai keahlian atau kreatifitas yang bisa digali dan
juga dikembangkan, bila kita dapat mengerti caranya dengan baik. Bukan malah
Cuma bergantung dari pekerjaan yang hanya disediakan saja. Dan bukan hanya
bergantung dari pekerjaan yang diberikan orang lain kepada kita.
Tempe merupakan salah satu makanan
khas Indonesia, makanan sederhana yang diolah dari bahan baku kedelai dan difermentasikan menggunakan ragi ini adalah bahan makanan
yang sudah diakui paling disukai dan dicari banyak orang, karena rasanya yang
gurih dan juga nikmat serta aromanya yang khas membuat banyak orang menyukai
tempe. Selain rasanya yang nikmat dan gurih, salah satu jenis makanan nabati
ini juga mengandung nutrisi dan berprotein tinggi yang sangat dibutuhkan dan
mudah diserap oleh tubuh. Melainkan juga harganya yang sangat terjangkau murah.
Pokoknya memang tempe adalah makanan sederhana yang tidak mahal, alami,
sekaligus sehat.
Tempe pun menjadi salah satu makanan
favorit. Banyak dari Ibu;ibu menjadikan tempe sebagai lauk pelengkap nasi dan
menu hidangan seperti menu makanan yang digoreng, ditumis, maupun diolah
menjadi berbagai cemilan lainnya seperti gorengan dan masih banyak makanan lain
sebagainya berbahan baku tempe yang rasanya pasti enak dan selalu memanjakan
lidah jika diolah menjadi makanan apapun.
Lokasi KPM
yang saya pilih di langsa ini yaitu bertempat di gampong Lengkong. Ada banyak desa di kota Langsa ini. Saya memilih
sebuah usaha tempe rumahan yang sudah lama didirikan di Gampong Lengkong. Pekerjanya terdiri dari beberapa orang ibu-ibu yang merupakan
masyarakat di gampong tersebut.
Dalam perjalanan usaha memang tidak
ada yang selalu mulus tanpa adanya hambatan yang datang menghampiri.
Dimana-mana pastinya hambatan itu selalu ada, tergantung cara orang tersebut dalam
menyikapi dan mengatasinya. Begitupun dalam
usaha tempe rumahan ini, tidak menutup kemungkinan untuk tidak ada terjadinya
hambatan.
Dan keluhan yang saya dapatkan dari
usaha tempe disini yaitu “bahwa dalam pembuatan tempe tentunya sudah pasti
memerlukan kacang kedelai, namun jika perekonomian sedang menyurut, kacang
kedelai pun menjadi sulit didapat. Apalagi terutama di masa pandemi ini. masalah
pada masa pandemi saat ini pada usaha tempe memang ada, tapi bukan menjadi
masalah besar. Pengusaha masih bisa berjualan tempe. Namun, kendala pada
kedelai bisa menyulitkan pengusaha tempe. Apalagi kacang kedelai adalah bahan
utama dari pembuatan tempe. Walau kedelai susah didapatkan, pengusaha tempe pun
tetap bereoperasi. Nah, seperti itulah yang menyulitkan pengusaha tempe untuk
membuat tempe dan diedarkan ke masyarakat. Walau begitu, pengusaha pernah juga
istirahat sebentar untuk beroperasi. Namun, itu tidak berjalan lama. Usaha
tetaplah usaha. Perekonomian tetaplah menjadi prioritas. Demi keberlangsungan
hidup, pengusaha tetaplah beroperasi.
Sebuah usaha tempe tersebut
pembuatannya diolah masih menggunakan alat tradisional. Alami yang menggunakan
ragi dan tepung saja. Tempe juga dibungkus menggunakan daun pisang. Pekerja
lebih memilih untuk membungkus tempe
menggunakan daun saja “karena tempe dengan bungkusan daun tersebut banyak diminati
oleh warga dikarenakan rasanya yang lebih nikmat dan aromanya yang khas
dibandingkan dengan tempe yang dibungkus plastik.” Begitu seperti yang telah
dikutip dari narasumber ibu ena salah satu pekerja di usaha tempe rumahan
tersebut. Memang sih, tempe yang dibungkus dengan daun pisang memang lebih
juara dari segi aroma dan rasanya. Sama halnya dengan makan tempe yang
dibungkus daun pisang dan yang dibungkus plastik, tentu dari segi rasa dan juga
aroma bakal beda. Tempe yang dibungkus daun pisang punya aroma dan rasa yang
lebih khas dan sedap dari pada tempe yang dibungkus dengan plastik. Tempe
tersebut tidak hanya diminati oleh masyarakat yang berada di desa selalah
tersebut saja, tetapi penjualan dan peminatnya sudah meluas hingga ke berbagai
daerah lainnya maupun luar kota. Tempe hasil usaha rumahan tersebut sudah
banyak dibawa ke daerah langsa, dan sekitarnya.
Pembeli yang datang sendiri ke tempat tersebut dan tempe tersebut sudah dijual
kemana-mana.
Proses pembuatannya : tempe digiling
lalu direndam satu malam. Kemudian besoknya dicuci lagi yang bersih, baru
dikukus, baru kemudian didinginkan lagi. Setelah dingin barulah kemudian
diragiin untuk selanjutnya agar dapat dibungkus.
Langkah pembuatannya : Pertama,
kedelai dicuci dengan air hingga bersih, kemudian kedelai direndam selama satu
malam. Setelah selesai direndam, lalu cuci kembali rendaman kedelai tersebut
sampai bersih. Selanjutnya, rebus atau kukus rendaman kedelai yang telah dicuci
bersih selama 30 – 45 menit. Lalu dibiarkan dingin di tempat terbuka. Langkah
berikutnya, kupas kulit ari kedelai yang telah direndam semalam dengan
menggunakan tangan atau memanfaatkan mesin, setelah itu cuci hingga
bersih.Kukus selama 20 menit, kemudian angkat dan dinginkan, setelah dingin
barulah taburi ragi tempe dan aduk hingga rata. Setelah itu, bungkus kedelai
dengan menggunakan daun pisang maupun plastik, sesuai yang diinginkan.
Penulis : Rustam Erwin Syah Putra & Muhammad Razi ( Mahasiswa
IAIN Langsa, Prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
)
Tidak ada komentar