ARTIKEL BERITA DAERAH

Dodol Meuseukat, Lambang Memuliakan Tamu Di Aceh

Walies MH
Juli 28, 2022
0 Komentar
Beranda
ARTIKEL
BERITA
DAERAH
Dodol Meuseukat, Lambang Memuliakan Tamu Di Aceh

Aceh memiliki banyak makanan tradisional yang terkenal. Di antaranya mie Aceh, nasi goreng Aceh, keumamah ikan, ayam tangkap, dan masih banyak lagi. Namun, ada yang cukup menarik perhatian dari jenis kuliner Aceh, ialah dodol meuseukat. Jika biasanya panganan dodol berwarna coklat, tetapi dodol meuseukat memiliki warna kuning. Bagi masyarakat Aceh, meuseukat disebut sebagai "ulee" atau "kepala" kue dalam bahasa Aceh.

Sama seperti dodol pada umumnya, meusekat memiliki rasa manis dengan tekstur lembut dan kenyal. Rasa manis dodol ini berasal dari campuran nanas. Maka dari itu, meuseukat kerap disebut dodol nanas. Dodol ini berbentuk bundar besar, tetapi Kawan juga akan menemui yang berbentuk kotak kecil atau silinder panjang.

Terbuat dari campuran tepung terigu, air, gula, mentega, nanas, dan air jeruk, pengolahan dodol satu ini butuh waktu lama dan ketekunan. Caranya, nanas dan jeruk akan disaring terlebih dahulu agar halus dan tidak berserat dalam adonan. Lalu, adonan tepung terigu dan mentega ditambahkan ke dalam air gula.

Adonan dimasak dengan api kecil sambil terus diaduk dengan sendok kayu, selama minimal ​dua jam. Bila telah matang, kue dodol ini dituangkan ke dalam wadah beralas plastik untuk menghindari lengket, serta agar lebih mudah saat memotongnya. Pembuatan meuseukat tidak menggunakan pewarna tambahan, warna putih kekuningan berasal dari tepung terigu dan nanas. Warna meuseukat mengandung filosofi mendalam. Melambangkan kejernihan hati masyarakat Aceh yang sangat memuliakan tamu, baik dalam berperilaku maupun saat menyajikan makanan.

Berbeda dengan dodol biasa, keunikannya terletak pada permukaan meuseukat yang diberi hiasan ukiran cantik. Hiasan ini dilakukan setelah meusekat matang. Ukiran biasanya berbentuk bunga mawar, bunga melati, atau pintu rumah Aceh yang tak kalah indah. Meuseukat mendapat tempat utama atau paling tinggi di antara panganan tradisional lainnya. Maka dari itu, meusekat lebih banyak disajikan pada acara atau momen khusus, terutama untuk menyambut kehadiran tamu. Kawan akan menemui meuseukat jika datang ke ​perhelatan ​besar di Aceh, misalnya acara pernikahan, hari raya Idulfitri, dan hari raya Idul Adha.

Meusekat kerap menjadi hantaran pada proses tueng dara baro (menjemput pengantin wanita), setelah pernikahan ke rumah linto baro (pengantin pria). Dalam tradisi tersebut, pengantin wanita beserta rombongan keluarganya diundang ke rumah mertua. Berbagai kue-kue tradisional telah mengisi talam (nampan), yang sebelumnya dipakai untuk membawa seserahan dari pihak pria.

Dahulu, Desa Lambung yang tak jauh dari pantai Ulee Lheue menjadi sentra penghasil kue khas Aceh, termasuk meuseukat. Namun, setelah kejadian tsunami, terpencar menjadi beberapa sentra seperti di desa Lampisang dan Darussalam.

Kini, meusekat dijadikan salah satu andalan oleh-oleh dari Aceh. Meuseukat juga banyak dijual di sepanjang jalan lintas Banda Aceh, hingga Meulaboh. Namun, tak semua toko kue atau pasar tradisional menyediakan meuseukat, karena proses pembuatan yang rumit. Biasanya pembeli harus memesan terlebih dahulu, terutama untuk pilihan ukuran dan hiasan tertentu. 

Meusekat disebut-sebut penganan yang memiliki kasta tertinggi di tengah masyarakat Aceh. Seiring banyak diminati masyarakat luar, saat ini meusekat dijadikan juga salah satu andalan oleh-oleh dari Aceh.

Bahan-bahan

4 kg tepung terigu

2500 gr gula pasir

500 gr mentega

8 buah nanas

16 buah jeruk peras

Secukupnya air putih

Cara Membuat

1. Ayak tepung terigu lalu sisihkan.

2. Kemudian kupas buah nanas lalu cuci yang bersih. Setelah itu buah nanas yang telah dicuci bersih diparut, lalu diperas dan ambil airnya.

3. Setelah itu, peras jeruk lalu campurkan air perasan jeruk dengan air perasan nanas tadi dalam satu wadah yang sama.

4. Lalu saring campuran air perasan nanas dan jeruk, tujuannya agar tidak muncul serat dalam adonan. Lalu sisihkan.

5. Setelah itu, panaskan wajan(ukuran disesuaikan dengan ukuran bahan) dengan api sedang lalu masukan air putih, tunggu sampai air setengah matang lalu masukan gula pasir dan aduk-aduk pelan menggunakan sendok kayu sampai gulanya larut dan menyatu dengan air.

6. Setelah gula pasirnya larut kemudian masukkan tepung terigu dan air perasan jeruk dan nanas. Aduk terus hingga mendidih.

7. Setelah mendidih lalu kecilkan api lalu masukkan mentega. Adonan terus diaduk-aduk pelan hingga adonannya matang, mengental dan padat minimal 2 jam.

8. Bila sudah matang, lalu matikan api kompornya.

9. Kemudian siapkan talam/wadah. Lalu diatas talam beri alas plastik. Lalu tuangkan adonan dalam wajan tadi kedalam talam yang sudah dialasi dengan plastik.

10. Sesudah adonan dituangkan kedalam talam. Tunggu meusekatnya dingin dulu dan jika ditekan dengan jari tangan meusekatnya sudah mengeras dengan tekstur lunak/kenyal seperti dodol. Lalu potong meuseukatnya dan siap disajikan.

11. Jika ingin menghias meuseukatnya. Sebelum meuseukatnya dituangkan kedalam talam, ambil adonan meuseukat dulu secukupnya dan taruh diwadah yang berbeda. Jika meuseukat sudah dingin dan teksturnya sudah lunak/kenyal, bearti adonannya sudah bisa digunakan untuk menghias di atas meusekat yang di dalam talam. Tapi sebelum dihias pastikan juga meuseukat yang didalam talam juga sudah dingin dan teksturnya sudah lunak/kenyal. Selanjutnya, meuseukat siap dihias sesuai kreasi.

Penulis : Nurul Husna, Mahasiswa Prodi Hukum Ekonomi Syariah, IAIN Langsa

Penulis blog

Tidak ada komentar