Desa Buket Pulo merupakan salah satu desa di Kec Langsa timur Kota Langsa, di desa Buket Pulo mayoritas penduduknya sebagai petani kelapa sawit. kebanyakan dari mereka yang sudah menjadi petani sawit sejak remaja hingga sekarang. Selain hasil sawit didesa ini juga banyak hasil pertanian lainnya seperti perkebunan getah, dan padi.
Kelapa sawit/tandan buah segar (TBS) adalah tumbuhan industri/ perkebunan yang berguna sebagai penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar.
Selain itu, tanaman ini juga merupakan sumber minyak nabati terbesar yang dibutuhkan oleh industri dunia. Perkebunan kelapa sawit pun menghasilkan keuntungan yang besar.
Besarnya keuntungan yang diperoleh dari perkebunan kelapa sawit ini menyebabkan banyak lahan hutan dan lahan jenis lainnya yang dialihfungsikan untuk lahan perkebunan ini.
Pruning (penunasan) kelapa sawit adalah kegiatan pemangkasan daun sesuai dengan umur tanaman serta pemotongan pelepah yg sudah tidak produktif, seperti pelepah sengklek, pelepah kering, dan pelepah yg terserang hama. alat yang digunakan untuk menunas kelapa sawit dinamakan egrek.
Pemanenan pada pohon kelapa sawit dilakukan 2-3 minggu sekali, Pengutipan buah kelapa sawit (brondolan) pada daerah ini biasanya dilakukan, yaitu pada hari Minggu kemudian mereka menjual hasil dari kelapa sawit ke agent, lalu para agent akan mendistribusikan kelapa sawit tersebut ke pabrik-pabrik yang terdekat atau yg mudah dijangkau.
Seperti yang kita ketahui kelapa sawit memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari salah satunya manfaat kelapa sawit yaitu diolah menjadi minyak untuk memasak. Bahkan kelapa sawit juga digunakan sebagai campurab bahan bakar boidiesel, bahan pembuatan mentega dan lain sebagainya.
Namun Pada saat ini kelapa sawit mengalami penurunan harga yang mengakibatan para petani terpukul, sebab dampak dari menurunnya harga kelapa sawit membuat produksi petani sangat menurun drastis. Otomatis kondisi ini membuat pendapatan masyarakat perkebunan menurun drastis. Tak hanya hasil produksi yang menurun tetapi harga jual kelapa sawit yang tak kunjung naik.
“biasanya penghasilan kelapa sawit persekali panen sekitar 1000kg,namun pada saat ini hanya mendapatkan 600-700kg saja, bahkan kadang- kadang dibawahnya” ujar pak yunus (47), salah satu petani kebun sawit didesa buket pulo.
Menurut beliau semenjak harga sawit menurun pemanenan yang dilakukan tidak sering seperti hari-hari biasanya dikarenan harga sawit yg tak kunjung stabil serta penghasilannya menurun drastis.
“ jika harga sawit tak kunjung naik maka pendapatan yang kami peroleh pun terbatas dan tidak seperti biasanya, kalau hari hari biasanya harga sawitnya tinggi makanya pendapatan kami lumayan gede (tinggi) ini karena harga sawitnya menurun maka pendapatan kami pun tidak stabil. Kelapa sawit sebagai harapan kami, karena kami tidak memiliki keterampilan lain untuk bekerja yang lainnya, apalagi faktor usia yang sudah tidak muda lagi” ujar pak jamal (56 ).
Beliau berharap kelapa sawit tetap setabil karena dengan hasil kelapa sawit lah mereka dapat mencukupi kebutuhan kelurganya. Untuk mencari pekerjaan lain pun mereka tidak memiliki keterampilan yang cukup baik karena sejak dulu mereka hanya menggeluti bidang pertanian kelapa sawit saja.
Ketua RT Dusun Damai juga menyatakan jika pekan ini banyak petani kelapa sawit yang kian terpuruk karena harga kelapa sawit menurun dalam jangka waktu panjang yang mengakibatkan hasil sadapannya sedikit padahal harga kelapa sawit sebelumnya di angka 1.500 perkologram pada saat ini menurun drastis dengan harga yaitu di angka Rp.1000-500 per kilogram .
Penyebabnya yaitu adanya kebijakan internasional pengurangan konsumsi sawit diseluruh dunia. Kebijakan ini berpengaruh karena India dan China, dua negara yang paling banyak membeli sawit dari Indonesia, juga menerapkannya.
Sehinga faktor tersebut sangat mempengaruhi pendapatan petani, karena dimasa pandemic covid-19 ini banyak bahan makanan yang melonjak dan memasuki bulan suci ramadhan termasuk salah satu penyebabnya melonjaknya bahan pangan.
Meskipun harga kelapa sawit (TBS) pernah berada di titik tertinggi, namun karena Kelapa sawit (TBS) adalah mata pencarian masyarakat sejak turun temurun dan mudah merawatnya sehinga masih menjadi primadona bagi masyarakat desa Buket Pulo untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pada saat ini harga kelapa sawit (TBS) yang menurun membuat petani lesuh dan kurang bersemangat, namun tidak semua petani seperti itu karena ada beberapa petani yang tetap melalukan aktivitas nya dikebun kelapa sawit.
Ditengah pandemi covid-19 ini hanya karet dan jahe yang mengalami kenaikan yang melonjak sedangkan seperti, kelapa sawit, kopi dan lada malah mengalami penuran harga yang cukup relatif dari tahun sebelumnya.
Sedangkan faktor menurunnya harga sawit dikarenakan belum optimalnya ekspor CPO dan produk turunannya, serta keterbatasan tangki penyimpanan milik pabrik kelapa sawit (PKS).
Harapan masyarakat desa Buket pulo harga kelapa sawit (TBS) tetap stabil diangka Rp. 1.500 supaya ekonomi mereka tetap baik meskipun di era new normal covid-19.
Penulis: Suriana dan Intan Maulida (Mahasiswa KKN 2022, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa)
Tidak ada komentar