ACEH ARTIKEL BERITA DAERAH

Tikar Pandan Sebagai Salah Satu Sumber Penghidupan Masyarakat Di Desa Batu Bedulang | MATAPEMUDA.COM

Walies MH
November 23, 2022
0 Komentar
Beranda
ACEH
ARTIKEL
BERITA
DAERAH
Tikar Pandan Sebagai Salah Satu Sumber Penghidupan Masyarakat Di Desa Batu Bedulang | MATAPEMUDA.COM

Artikel Oleh : Mahasiswa FEBI IAIN Langsa ( Fitria,Ayya,Zuhra dan Zainal )

Desa Batu Bedulang merupakan salah satu desa yang berada di kabupaten Aceh Tamiang. Desa ini memiliki pemandangan alam yang indah dan sangat asri, pepohonan yang rindang menghiasi bukit di desa ini dan kabut yang indah membuat udara di desa ini sangat sejuk, desa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah. bahkan mata pencarian masyarakat di desa ini berasal dari alam mereka sendiri.Mata pencarian masyarakat di desa batu bedulang ini salah satu nya adalah pengrajin tikar

Kebanyakan pengrajin tikar di desa ini adalah perempuan, Mereka mencari penghasilan tambahan dengan keahlian menganyam tikar dari pandan, aktivitas menganyam tikar itu sendiri berasal dari keahlian turun temurun. Di samping pekerjaan mereka mengurus rumah. Sebuah pekerjaan yang bisa di lakukan di rumah tanpa melupakan kewajiban mereka sebagai ibu rumah tetangga.  

Pada umumnya pandan merupakan tanaman yang berbentuk pita, berwarna hijau tua dan kaku. Biasanya tanaman liar ini banyak di temui di ladang milik warga desa ini. Belakangan ini tanpa pandan berfungsi sebagai tanaman pengikat tanah yang sengaja di tanam di lahan dengan kontur tanah yang miring. Selain itu masi juga membudidayakan tanaman ini untuk di pakai sendiri ataupun untuk di jual ke tetangga yang bekerja sebagai penganyam tikar. Anyaman tikar ini lah yang kemudian di jual oleh para pengrajin, baik secara kolektif maupun secara satuan kepada pelanggan yang datang kerumah mereka.

Walaupun zaman sudah canggih tapi masyarakat di desa ini masih mempertahankan tikar dari pandan berduri ini, padahal di zaman sekarang sudah banyak karpet dari plastik dan ambal ambil yang indah. Namun eksistensi tikar dari pandan berduri ini belum luntur, masih banyak pengrajin tikar yang bisa kita temui di desa ini, dan masyarakat di desa batu bedulang ini masih menggunakan tikar tradisional ini untuk alas tidur dan tempat duduk. Selain tikar warga desa ini juga membuat sumpet,sumpet adalah tempat untuk membawa beras yang terbuat dari anyaman daun pandan.

Untuk anyaman tikar di bandrol dengan harga yang variatif : umumnya untuk harga satuan tikar kecil atau tikar lajang adalah kisaran Rp. 100.000.- untuk tikar yang ukuran yang lebih besar adalah kisaran Rp.250.000 sampai Rp. 300.000, dan untuk tikar dengan motif yang sulit kisaran harga bisa sampai Rp.500.000. selain itu kisaran harga tikar tidak bisa disama ratakan pada setiap tikarnya, semuanya menyesuaikan dengan kualitas anyaman tikar, dan juga dipengaruhi oleh tingkat keahlian sang penganyam,harga dari tikar ini juga di tentukan dari warnanya sebab,pewarna untuk tikar ini sudah sulit didapat dan harga nya luman mahal. Oleh sebab itu warna pada tikar juga menentukan harganya.

Untuk harga sumpetnya itu yang ukurannya tiga sampai lima mug beras dibandrol dengan harga Rp.20.000, untuk ukuran lima mug keatas di bandrol dengan harga Rp.30.000.

Untuk pengerjaannya, satu tikar kecil bisa diselesaikan dalam waktu 1 hari jika tanpa kesibukan lain,namum jika memiliki pekerjaan lain atau menganyamnya hanya di kerjakan di malam hari saja, satu tikar bisa diselesaikan dengan waktu 3 hari. Semuanya tergantung kesibukan si pengrajin. Aktivitas menganyam tikar biasanya menggunakan tempat lantai yang lebar, sehingga masyarakat cenderung melipatnya apabila mengganggu aktivitas lain,menyesuaikan kondisi tempat.

Untuk membuat tikar itu sendiri hal pertama yang harus kita lakukan adalah menjemur daun pandan berduri, kemudian jika kita ingin membuat tikar yang berwarna maka kita harus merendam daun pandan tadi dengan pewarna sesuai dengan selera, lalu dijemur sampai kereng,kemudian baru dianyam.

Aktivitas masyarakat didesa batu bedulang ini dalam menekuni keterampilan membuat anyaman tikar dari pandan adalah aktivitas atau pekerjaan turun temurun. Dari kecil mereka sudah belajar menganyam tikar, bedanya jika dulu  kaum muda banyak yang menekuninya sebagai pekerjaan sampingan, namun kini hanya orang tua saja yang menekuni aktivitas menganyam ini sebagai penambah pengahasilan keluarga.

Desa sendiri merupakan sebuah dimensi ruang, dimana kehidupan lahir dari rahim keseharian dengan ragam tradisional penduduknya. Sementara kompleksitas persoalan yang tercipta dilingkuangan menjadi tanggung jawab para penduduknya. Dariproses terciptanya anyaman tikar saja kita bisa member gambaran. Bahwa mereka yang sampai hari ini masih mengerjakan kerajinan anyaman tikar, adalah mereka yang memiliki keterampilan,kemauan,ketersediannya bahan baku di lingkungan  tempat tinggal, dan sisanya benturan keadaan.

Seiring dengan berkembangnya zaman banyak anak anak muda yang mulai meninggalkan aktivitas menganyam ini, selain karena mereka mempunyai kesibukan sendiri juga karena nilai jual tikar yang rendah yang tidak sebanding dengan proses pengerjaannya. Dari sini kita bisa berpikir bagaimana menggeser pola masyarakat kreatif  dalam membuka segmen baru dari keterampilan yang lahir dari hasil kerajianan masyarakat masih dalam tahap kerajinan biasa. Biasa dalam hal ini artinya adalah,kerajinan dengan sejenis,yaitu anayaman tikar dengan harga yang minim.

Harusnya perlu adanya pengembangan keterampilan yang membuat anyaman tikar menjadi aneka produk kerajinan tangan baru, dengan nilai ekonomi yang bernilai jual tinggi. Misalnya saja produk anyaman yang ada di bentuk menjadi dompet,tas,topi,tempat tisu serta beberapa hiasan rungan lainnya. Bagaimanapun sangat disayangkan jka keterampilan menganyam hanya berhenti pada kemampuan membuat tikar,dengan nilai penjualan yang minim.

Bayangkan jika anyaman pandan dikembangkan dalam sebuah karya seni lain.dengan didukung strategi pemasaran yang baik. Maka kita bukan hanya menciptkan lapangan pekerjaan baru, melaikan kita bisa meminimalisir tenaga terdidik yang memilih mencari pekerjaan keluar daerah sehingga dengan adanya tenaga terdidik dapat membantu mengembangkan desa Batu Bedulang.

Maka dari itu mari kita semua sama sama kembangkan kreatifvitas dan keahlian untuk membantu masyarakat di daerah pedalaman lebih bangkit dan membangun desa mereka. Meskipun zaman sudah semakin canggih jangan sampai kita terlena dengan kenikmatan dan kemudahan zaman ini, sehingga kita melupakan tradisi. Kita sebagai anak muda harusnya membantu melestarikan tikar pandan ini dan membantu memperkenalakan tikar ini kepada masyarakat luar dengan menggunakan media sosial, sehingga para pengrajin tikar pandan ini bisa lebih sejahtera dan juga bisa membangun desa Batu Bedulang menjadi lebih maju. Ayo sama-sama kita lestarikan budaya dengan menggukan tikar dari pandan berduri.

Penulis blog

Tidak ada komentar