Artikel Oleh : Mahasiswa FEBI IAIN Langsa ( Fitria,Ayya,Zuhra dan Zainal ) |
Desa Batu Bedulang merupakan salah satu desa yang berada di kabupaten Aceh Tamiang. Desa ini memiliki pemandangan alam yang indah dan sangat asri, pepohonan yang rindang menghiasi bukit di desa ini dan kabut yang indah membuat udara di desa ini sangat sejuk, desa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah. bahkan mata pencarian masyarakat di desa ini berasal dari alam mereka sendiri.Mata pencarian masyarakat di desa batu bedulang ini salah satu nya adalah pengrajin tikar
Kebanyakan pengrajin tikar di desa
ini adalah perempuan, Mereka mencari penghasilan tambahan dengan keahlian
menganyam tikar dari pandan, aktivitas menganyam tikar itu sendiri berasal dari
keahlian turun temurun. Di samping pekerjaan mereka mengurus rumah. Sebuah
pekerjaan yang bisa di lakukan di rumah tanpa melupakan kewajiban mereka
sebagai ibu rumah tetangga.
Pada umumnya pandan merupakan
tanaman yang berbentuk pita, berwarna hijau tua dan kaku. Biasanya tanaman liar
ini banyak di temui di ladang milik warga desa ini. Belakangan ini tanpa pandan
berfungsi sebagai tanaman pengikat tanah yang sengaja di tanam di lahan dengan
kontur tanah yang miring. Selain itu masi juga membudidayakan tanaman ini untuk
di pakai sendiri ataupun untuk di jual ke tetangga yang bekerja sebagai
penganyam tikar. Anyaman tikar ini lah yang kemudian di jual oleh para
pengrajin, baik secara kolektif maupun secara satuan kepada pelanggan yang
datang kerumah mereka.
Walaupun zaman sudah canggih tapi
masyarakat di desa ini masih mempertahankan tikar dari pandan berduri ini,
padahal di zaman sekarang sudah banyak karpet dari plastik dan ambal ambil yang
indah. Namun eksistensi tikar dari pandan berduri ini belum luntur, masih
banyak pengrajin tikar yang bisa kita temui di desa ini, dan masyarakat di desa
batu bedulang ini masih menggunakan tikar tradisional ini untuk alas tidur dan
tempat duduk. Selain tikar
warga desa ini juga membuat sumpet,sumpet adalah tempat untuk membawa beras
yang terbuat dari anyaman daun pandan.
Untuk harga
sumpetnya itu yang ukurannya tiga sampai lima mug beras dibandrol dengan harga
Rp.20.000, untuk ukuran lima mug keatas di bandrol dengan harga Rp.30.000.
Untuk
pengerjaannya, satu tikar kecil bisa diselesaikan dalam waktu 1 hari jika tanpa
kesibukan lain,namum jika memiliki pekerjaan lain atau menganyamnya hanya di
kerjakan di malam hari saja, satu tikar bisa diselesaikan dengan waktu 3 hari.
Semuanya tergantung kesibukan si pengrajin. Aktivitas menganyam tikar biasanya
menggunakan tempat lantai yang lebar, sehingga masyarakat cenderung melipatnya
apabila mengganggu aktivitas lain,menyesuaikan kondisi tempat.
Untuk membuat
tikar itu sendiri hal pertama yang harus kita lakukan adalah menjemur daun
pandan berduri, kemudian jika kita ingin membuat tikar yang berwarna maka kita
harus merendam daun pandan tadi dengan pewarna sesuai dengan selera, lalu
dijemur sampai kereng,kemudian baru dianyam.
Aktivitas
masyarakat didesa batu bedulang ini dalam menekuni keterampilan membuat anyaman
tikar dari pandan adalah aktivitas atau pekerjaan turun temurun. Dari kecil mereka
sudah belajar menganyam tikar, bedanya jika dulu kaum muda banyak yang menekuninya sebagai
pekerjaan sampingan, namun kini hanya orang tua saja yang menekuni aktivitas
menganyam ini sebagai penambah pengahasilan keluarga.
Desa sendiri
merupakan sebuah dimensi ruang, dimana kehidupan lahir dari rahim keseharian
dengan ragam tradisional penduduknya. Sementara kompleksitas persoalan yang
tercipta dilingkuangan menjadi tanggung jawab para penduduknya. Dariproses
terciptanya anyaman tikar saja kita bisa member gambaran. Bahwa mereka yang
sampai hari ini masih mengerjakan kerajinan anyaman tikar, adalah mereka yang
memiliki keterampilan,kemauan,ketersediannya bahan baku di lingkungan tempat tinggal, dan sisanya benturan keadaan.
Seiring dengan
berkembangnya zaman banyak anak anak muda yang mulai meninggalkan aktivitas
menganyam ini, selain karena mereka mempunyai kesibukan sendiri juga karena
nilai jual tikar yang rendah yang tidak sebanding dengan proses pengerjaannya.
Dari sini kita bisa berpikir bagaimana menggeser pola masyarakat kreatif dalam membuka segmen baru dari keterampilan
yang lahir dari hasil kerajianan masyarakat masih dalam tahap kerajinan biasa.
Biasa dalam hal ini artinya adalah,kerajinan dengan sejenis,yaitu anayaman
tikar dengan harga yang minim.
Harusnya perlu
adanya pengembangan keterampilan yang membuat anyaman tikar menjadi aneka
produk kerajinan tangan baru, dengan nilai ekonomi yang bernilai jual tinggi.
Misalnya saja produk anyaman yang ada di bentuk menjadi dompet,tas,topi,tempat
tisu serta beberapa hiasan rungan lainnya. Bagaimanapun sangat disayangkan jka
keterampilan menganyam hanya berhenti pada kemampuan membuat tikar,dengan nilai
penjualan yang minim.
Bayangkan jika
anyaman pandan dikembangkan dalam sebuah karya seni lain.dengan didukung
strategi pemasaran yang baik. Maka kita bukan hanya menciptkan lapangan
pekerjaan baru, melaikan kita bisa meminimalisir tenaga terdidik yang memilih mencari
pekerjaan keluar daerah sehingga dengan adanya tenaga terdidik dapat membantu
mengembangkan desa Batu Bedulang.
Maka dari itu mari kita semua sama sama kembangkan kreatifvitas dan keahlian untuk membantu masyarakat di daerah pedalaman lebih bangkit dan membangun desa mereka. Meskipun zaman sudah semakin canggih jangan sampai kita terlena dengan kenikmatan dan kemudahan zaman ini, sehingga kita melupakan tradisi. Kita sebagai anak muda harusnya membantu melestarikan tikar pandan ini dan membantu memperkenalakan tikar ini kepada masyarakat luar dengan menggunakan media sosial, sehingga para pengrajin tikar pandan ini bisa lebih sejahtera dan juga bisa membangun desa Batu Bedulang menjadi lebih maju. Ayo sama-sama kita lestarikan budaya dengan menggukan tikar dari pandan berduri.
Tidak ada komentar