Ditulis Oleh: Vera monica (4022019126), Cut Ainayah (4022019005) dan Annissa (4022019069) (Mahasisiwi Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Langsa) |
Industri kecil dan kerajinan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat walaupun hanya memberikan sumbangan yang sangat kecil. Industri kecil dan kerajinan perlu dikembangkan di perdesaan karena tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi, pendidikan bersifat informal dan lebih mengutamakan keterampilan, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa persyaratan dan lebih mampu menyerap tenaga kerja.
Eceng gondok merupakan tanaman yang memberi dampak bagi ekosistem, namun disatu sisi tanaman ini juga menjadi sumber mata pencaharian bagi sejumlah warga di warga Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang, hal ini karena adanya tanaman eceng gondok yaitu batang dari tanaman eceng gondok dapat dijadikan bahan utama kerajinan anyaman, media tanam jamur dan pakan hewan ternak. Inovasi ini ada karena melihat potensi SDA yang ada disekitar Rawa Desa Paya Bedi namun tidak diimbanginya SDM yang ada.
Banyaknya Tanaman eceng gondok yang tumbuh masif dan subur di kawasan Desa Paya Bedi telah dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk dikeringkan kemudian dijual kepada para pengrajin untuk dijadikan sebagai kerajinan yang bernilai seni dan ekonomi tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa tanaman eceng gondok dapat dijadikan sebuah kerajinan tangan yang ramah lingkungan dan memiliki peluang usaha yang cukup menjanjikan. Sayangnya kebanyakan masyarakat di Desa Paya Bedi belum bisa memanfaatkan eceng gondok kering tersebut menjadi kerajinan ekonomis yang bernilai tinggi karena beberapa keterbatasan yang dimiliki. Masyarakat lebih memilih menjual produk mentahnya kepada para pengrajin daripada membuat kerajinan sendiri.
Keberadaan eceng gondok di Desa Paya bedi telah memberi dampak yang cukup berpengaruh terhadap ekosistem didalamnya. Pengaruh tersebut seperti mengganggu aktifitas nelayan dalam mencari ikan, memperburuk pemandangan, hingga menurunnya kualitas air di Rawa Pening. Keadaan buruk ini di tambah oleh pengaruh manusia seperti limbah dari restoran maupun rumah tangga yang dibuang seenaknya ke sungai hingga akhirnya limbah tersebut bermuara di Rawa yang mengakibatkan kualitas air menjadi buruk dan keruh. Banyak dari petani eceng gondok yang sengaja membuang sisa panennya ke Rawa begitu saja yang menyebabkan pembusukan di dasar sungai sehingga mengakibatkan sedimentasi yang dapat memperburuk ekosistem serta kualitas air.
Salah satu pemilik usaha kerajinan eceng gondok didesa paya bedi yakni Bapak Malik, warga Desa Paya Bedi Kabupaten Aceh Tamiang, memanfaatkan tanaman eceng gondok sebagai kerajinan tangan berupa tutup saji, tas jinjing, dompet, keranjang, sajadah dan vas bunga tikar. Usaha yang ia pelajari secara otodidak ini sekarang menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Berawal dari melihat usaha orang lain yang bisa memanfaatkan bahan-bahan tertentu menjadi sebuah kerajinan tangan, lalu muncul ide untuk berinovasi dengan eceng gondok. Eceng gondok yang semulanya tumbuhan liar dan tidak bermanfaat kini telah diolah oleh Bapak Malik menjadi kerajinan tangan yang memiliki harga jual.
Pemanfaatan eceng gondok untuk dijual ini memberi sinyal positif bahwa terdapat potensi yang besar agar eceng gondok yang dinilai sebagai hama dapat menjadi sesuatu yang memberikan nilai ekonomi. Pemanfaatan eceng gondok untuk dijadikan sebagai sesuatu yang menghasilkan nilai ekonomi ini terdapat beberapa proses atau tahapan yang diantaranya:
Panen Basah
Pola ini merupakan tahapan yang paling sederhana tahap ini dapat memudahkan penjualan eceng gondok karena petani dapat menjual cepat hasil eceng gondok tanpa mengolah serta sistem pemasarannya yang mudah karena sudah terdapat permintaan khususnya pengrajin eceng gondok dari Desa Paya bedi.
Pola Kering
Pola pemanfaatan ini sebelum eceng gondok dijual dijemur terlebih dahulu dibawah terik sinar matahari. Meskipun tidak seterik cuaca panas pada pantai namun penjemuran di sekitar Rawa Pening juga membuahkan hasil kekeringan yang cukup baik.
Pola Anyam
Pada tahap ini eceng gondok yang telah dikeringkan kemudian dianyam yang nantinya akan dibentuk sekreatif mungkin hingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Selanjutnya menurut Bapak Abdul Malik menjelaskan cara pengolahan eceng gondok, mula-mula diambil lalu dijemur selama seminggu selanjutnya direbus untuk diwarnai sesuai dengan keinginan konsumen dan ditenun sebagai bakal setengah jadi. Kemudian, baru dibentuk sesuai dengan keinginan. Beliau menyebutkan sudah menjalani usahanya selama 3 tahun. Setiap produknya didistribusikan melalui koperasi Galeri Ajang Ambe yang terletak di Kabupaten Aceh Tamiang. Harga setiap produk bervariasi tergantung dari kerumitan yang dikerjakan misalnya tatakan gelas berkisar Rp15.000, sajadah seharga Rp250.000 dan tikar seharga Rp350.000.
Harapannya baik dari pemerintah maupun masyarakat setempat mampu untuk memaksimalkan sumber daya yang ada dengan beberapa inovasi yang ditawarkan. Sebagai salah satu sarana untuk mengatasi permasalahan akibat banyaknya eceng gondok dan sumber peningkatan perekonomian masyarakat. Maka dari itu di dalam rangkaian inovasi kegiatan ini pada tahap akhir akan dilakukan pelatihan pemasaran dengan memanfaatkan e-commerce baik itu melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook serta aplikasi jual beli online seperti Shopee dan Tokopedia. Dengan adanya e-commerce penjualan eceng gondok tidak harus perlu menyewa toko, mereka dapat membuka toko online dari rumah mereka masing-masing. Tak lupa pada serangkaian pelatihan pemasaran pihak pengelola nantinya akan memberi materi berupa desain sederhana guna menarik produk untuk lebih dilirik masyarakat umum.
Tidak ada komentar