ARTIKEL PSIKOLOGI

Menciptakan Remaja Islam Yang Memiliki Kesehatan Mental di Era Teknologi Digital

Walies MH
Januari 11, 2023
0 Komentar
Beranda
ARTIKEL
PSIKOLOGI
Menciptakan Remaja Islam Yang Memiliki Kesehatan Mental di Era Teknologi Digital
Ditulis Oleh T.M. FURQAN AL FAJAR


Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi yang penting dimiliki oleh individu termasuk remaja. Karena pada usia remaja rentan mengalami krisis identitas atau sebuah pencarian jati diri, maka mereka perlu memiliki kesehatan mental yang baik sebagai dasar dalam berperilaku dan berpikir. Menurut Zakiah Daradjat Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Konsep yang dilkukan oleh Zakiah Daradjat tentang kesehatan mental adalah yang pertama konsep kesehatan mental dan ketenangan hidup yang ke dua konsep penyesuaian diri dan kesehatan mental dan ke tiga peranan Agama dan kesehatan mental. Terlebih di era globalisasi dimana banyak pengaruh-pengaruh yang akan diterima oleh para remaja terutama dengan adanya kemajuan di bidang teknologi informasi. Walaupun pengaruh yang ada tidak hanya berkonotasi negatif karena banyak juga sisi positifnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana sikap mental dari para remaja dalam menerima pengaruh-pengaruh yang ada.

Teknologi sudah menjadi bagian kegiatan keseharian tiap orang termasuk remaja di era diglobalisasi dan era digital ini. Mulai dari penggunaan media sosial untuk berinteraksi dengan orang lain, mendengarkan lagu, menonton acara hiburan, mencari informasi, sampai belanja kebutuhan sehari-hari. Kemajuan teknologi memang diperuntukan agar memudahkan kehidupan manusia, namun seringkali kita kemudian menjadi terlalu bergantung dengan teknologi.  

Tanpa disangka hal yang seharusnya membantu kehidupan kita menjadi lebih mudah, justru juga dapat memberikan pengaruh negatif dalam kehidupan kita, bahkan juga menjadi pemicu timbulnya gangguan pada kesehatan mental kita. Beberapa gangguan kesehatan mental yang dapat muncul akibat penggunaan teknologi terlalu berlebihan adalah sebagai berikut:

Insomnia
Tanpa kita sadari, kita pun sering menghabiskan waktu untuk memeriksa sosial media atau menonton video streaming hingga lupa waktu. Mata yang selalu fokus ke layar gadget akan membuat kita semakin sulit untuk terlelap atau tidur, akibat cahaya yang terlalu terang. Pada akhirnya tanpa disadari habit tidur larut malam atau sulit tidur menjadi terbentuk, karena selalu menghabiskan waktu dengan gadget.

Nomophobia
Istilah Nomophobia adalah kependekan dari no mobile phone phobia, yang artinya ketakutan tidak memiliki akses ke telepon genggam atau handphone. Faktanya, 66% warga Inggris diketahui mengalami Nomophobia (cnnindonesia.com, 2016). Frekuensi memeriksa handphone menjadi tinggi dan mulai cemas ketika individu tersebut terpisah sesaat dari handphone miliknya.

Social Media Anxiety Disorder
Istilah ini menggambarkan kondisi individu yang terpengaruh oleh sosial media, sehingga hal tersebut memengaruhi self-esteem dan meningkatkan kecemasan pada seseorang. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada artikel kami di link berikut.

Depresi
Penulisan status di sosial media dapat menimbulkan banyak respon dari warganet. Responnya pun bervariasi, mulai dari yang positif sampai negatif. Banyak juga yang akhirnya mengarah ke cyber-bullying. Hal ini dapat membawa individu atau korban dari cyber-bullying yang tidak mampu menghadapi komentar negatif menjadi cemas, kemudian mengarah ke kondisi depresi.

Untuk menghindari agar para remaja Islam terhindar dari efek negatif dari teknologi digital maka perlu adanya bimbingan di bidang agama bagi para remaja Islam. Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep kesehatan mental dalam Islam mengajarkan remaja agar dapat mengontrol diri dalam berpikir, berperilaku dan bersikap sesuai dengan yang diharapkan. Seorang remaja yang dapat berperilaku sesuai dengan ajaran agama dan norma yang berlaku di masyarakat, maka mereka dapat dikatakan sebagai individu yang baik dan bermoral. Sedangkan individu yang tidak memiliki perilaku baik maka dapat disebut amoral (Reza, 2013). 

Pada dasarnya permasalahan kesehatan mental yang terjadi di usia remaja atau dalam Islam disebut usia akil balig atau masa pencarian jati diri, dilatarbelakangi oleh faktor lingkungan seperti keluarga, teman sebaya, media sosial dan lingkungan terdekat lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan fondasi agama yang kokoh untuk ditanamkan sedini mungkin. Tujuan agama Islam sesungguhnya bagi usia remaja ialah menjadikan individu memiliki kepribadian baik, sesuai norma dan ajaran Islam. Sehingga pendidikan Islam memiliki peran yang begitu besar dalam membentuk pribadi remaja Islam yang ideal.

Dari beberapa fakta penelitian terhadap remaja, menunjukkan bahwa peran agama Islam bagi kesehatan mental remaja sangat penting agar dapat terhindar dari kondisi negatif dan dampak teknologi digitalisasi seperti gelisah, cemas, hingga mengalami ketegangan jiwa. Padahal sejatinya setiap manusia menginginkan untuk merasakan hidup tenang, tenteram, bahagia dan bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, konsep kesehatan mental perspektif Islam yang paling utama diterapkan adalah konsep mempercayai Tuhan dan mengamalkan semua perintah serta menjauhi larangannya. Karena sebagaimana menurut Zakiah, bahwa agama bukanlah sebuah dogma, akan tetapi agama merupakan kebutuhan jiwa yang penting untuk dipenuhi (Zakiah Daradjat dalam (Mawangir, 2015)). 

Penulis blog

Tidak ada komentar