Sekolah
dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga
(dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia Tahun 1930 –
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan Tahun 1935 –
Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan
penyemprotan DDT dan vaksinasi massal. Tahun 1951 -Diperkenalkannya konsep
Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal
dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan.
Konsep
ini kemudian diadopsi oleh WHO.Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian
dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat
primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan
Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan
kemudian disebut Puskesmas. Tahun 1952 – Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
Tahun 1956 – Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat
pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan
pelayanan medis. Tahun 1967 – Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini
adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe
B, dan C.Tahun 1968 – Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas
disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam
wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten. Tahun
1969 : Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter)
dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa
Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari
sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi. Tahun 1979 Tidak dibedakan antara
Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang
dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan
standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang
lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Tahun 1984
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di
Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi) Awal tahun 1990-an
Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran
serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Dan
sekarang sedang banyak nya imunisasi polio di berbagai daerah di indonesia.
Imunisasi polio begitu penting karena dapat mencegah penyakit polio yang
merupakan penyakit infeksi oleh virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Ini merupakan
program wajib yang canangkan oleh pemerintah Indonesia, selama bertahun-tahun
menjalankan program ini akhirnnya pada tahun 2014 Indonesia dinyatakan bebas
polio. Ada juga manfaat saat imunisasi polio, Tujuan imunisasi polio adalah
untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit polimielitis. Oleh karena
itu sudah jelas bahwa manfaat imunisasi polio adalah mencegah penyakit polio
atau lumpuh layu. Baik perindividu maupun secara luas pada masyarakat. Karena
apabila sebagian besar terimunisasi maka yang lain juga akan terlindungi dari
penularan.Fungsi dan manfaat imunisasi polio adalah mencegah penyakit polio
atau lumpuh layu yang bisa membuat kelumpuhan, bahkan berpotensi menyebabkan
kematian. Vaksin polio termasuk ke dalam imunisasi anak yang wajib diberikan
sebelum bayi berusia 6 bulan bersamaan dengan vaksin hepatitis B, DPT, dan HiB.
Imunisasi polio juga termasuk dalam daftar imunisasi yang harus diulang. Dalam
situs resminya, Center for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan
bahwa penyebab penyakit ini ialah virus polio yang menyerang otak dan sumsum
tulang belakang. Akibat penyakit ini, penderita tidak bisa menggerakan bagian
tubuh tertentu, biasanya terjadi pada salah satu atau bahkan kedua kakinya.
Artikel
disusun oleh : Sukmawati BR Sembiring Mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah KKNT KS ( Kerja Sosial )
Tidak ada komentar