ARTIKEL

Apa benar “Self Confidence” sebagai manifestasi “Tauhid”?

Walies MH
Desember 24, 2024
0 Komentar
Beranda
ARTIKEL
Apa benar “Self Confidence” sebagai manifestasi “Tauhid”?

##Ilustrasi cc.https://pin.it/4qsssc0xp

Penulis : Dwina Meutia Ramadhani, Mahasiswi psikologi islam IAIN Langsa

Pernahkah kamu merasa terjebak di dalam lingkaran ketergantungan dengan manusia lain? Merasa tidak mampu berdiri sendiri dan sulit untuk mengambil keputusan? atau bahkan kamu takut untuk melangkah keluar dari zona nyaman saat ini? Jika ya, mungkin kamu perlu mencari sumber kekuatan baru yang lebih kokoh, lalu? bagaimana bisa kepercayaan diri menjadi kunci untuk dekat dengan Allah SWT? Yuk kita simak !

Self confidence atau kepercayaan diri merupakan suatu aspek penting di dalam kehidupan manusia. Kepercayaan diri ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri, sehingga kita bebas mengekspresikannya, baik itu dalam tingkah laku, emosi dan kerohanian. Menurut psikolog W. H. Miskell (1939,dalam Rosyida, 2013) dalam (Indriana dkk, 2021, t.t., hlm. 3552), percaya diri didefinisikan dalam bukunya sebagai “kepercayaan pada kemampuan diri yang memadai, diiringi dengan kesadaran akan potensi yang dimiliki, serta kemampuan untuk memanfaatkannya dengan tepat”.

Self confidence atau kepercayaan diri dalam perspektif psikologi ialah sikap positif yang membuat individu yakin akan kemampuan yang ia miliki untuk mencapai kesuksesan dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan di dalam hidupnya, orang yang memiliki rasa percaya diri tidak akan takut dengan pendapat orang lain, ia tetap fokus dengan tujuan hidup yang ia miliki.

Sedangkan di dalam perspektif islam, kepercayaan diri bukanlah suatu kesombongan atau keangkuhan yang di banggakan, melainkan adalah suatu potensi yang diberikan atas izin Allah SWT. Al-Qur’an sebagai acuan utama dalam menegaskan tentang percaya diri. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam QS. Ali-‘Imran (3) : 139 Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang  yang  paling  tinggi  (derajatnya),  jika  kamu  orang-orang  yang beriman”. Berdasarkan ayat tersebut, kita dapat memahami bahwa rasa percaya diri berkaitan erat dengan sikap dan perilaku seorang mukmin yang memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri serta keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya.

Oleh karena itu, individu yang percaya pada diri mereka tidak akan mudah merasa takut, lemah, sedih, atau gelisah. Sebab, sesungguhnya orang yang beriman dan istiqamah akan terhindar dari perasaan-perasaan negatif dan sebaliknya, mereka akan meraih derajat yang sangat tinggi (Sihombing & Saragi, 2022, hlm. 6). Sayangnya, banyak sekali individu yang merasa dirinya rendah dan kurang percaya diri berada di lingkungan sosial ketika percaya diri kurang, banyak individu mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan diri mereka sendiri. Hal ini sering mengakibatkan depresi, sikap acuh tak acuh, dan ketidakmauan untuk mengungkapkan pendapat.

Lantas bagaimana kepercayaan diri dibangun untuk manifestasi tauhid? Seperti firman Allah dalam (Q.S Ar-Rad 13:28) yang artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. Dari ayat tersebut kita bisa melihat bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, hati akan terasa lebih damai dan tentram tanpa memikirkan hal-hal yang buruk. Dengan menenangkan hati, kepercayaan diri kita perlahan akan timbul dengan sendirinya.

Namun, kebanyakan orang-orang yang merasa dirinya rendah dan menutup diri dari lingkungan sosial tanpa mencari solusi dari masalah yang ia hadapi sampai berakhir dengan timbulnya rasa depresi dan bunuh diri. Hal ini disampaikan oleh KEMENKES, yang disampaikan oleh dr. Agung Frijanto, Sp.KJ, MH, yang menyatakan bahwa Sebanyak 55% orang dengan depresi memiliki ide bunuh diri. Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa menyalahkan diri sendiri, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat pula rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial” (frijanto,2022).

Pemahaman tentang tauhid masih dangkal terutama di kalangan masyarakat muslim, bahkan membuat seseorang sulit untuk benar-benar merasakan makna tauhid dan dampaknya dalam kehidupan, serta merasa tidak yakin dalam meyakini keesaan Allah SWT. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan merubah pola mindset, berfokus pada keberkahan dan potensi yang kita miliki dan pentingnya mendekatkan diri kepada Allah SWT agar terciptanya kepercayaan diri yang kokoh.

Bagaimana cara merubah mindset tersebut? Tentunya hal tersebut dimulai dari diri sendiri, dengan cara beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, membaca al-quran bersyukur, ikhtiar, fokus pada apa yang kita miliki sekarang, meluangkan waktu untuk menulis dan mengungkapkan isi dari pikiran kita, hal apa yang membuat kita merasa bahagia, dan ingatlah bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang unik, jangan membandingkan diri dengan orang lain, fokus dan percaya diri lah pada pengembangan diri sendiri.

Dengan mengamalkan cara-cara tersebut, menjalankan ajaran agama islam dengan baik, menumbuhkan hubungan yang kuat dengan Allah SWT, dan selalu berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik, seseorang akan merasakan perubahan positif di dalam dirinya dan semakin percaya diri dalam menghadapi segala tantangan hidup.



Penulis blog

Tidak ada komentar