Penulis : Nur Hafni Zahara (Mahasiswi Psikologi Islam FUAD IAIN Langsa)
Perkembangan Kognitif dalam Pendidikan dan Dampaknya pada Anak
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam proses pendidikan. Ranah kognitif berfokus pada kemampuan berpikir dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam konteks pendidikan, konsep perkembangan kognitif ini dikenal dengan Taksonomi Bloom, yang membagi ranah kognitif menjadi enam tingkat. Enam level tersebut meliputi: mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai atau mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Pada tahap anak usia dasar, perkembangan kognitif mulai berkembang sejak usia 7 hingga 12 tahun dan terus berlanjut hingga remaja (Bujuri, 2018).
Al-Qur'an, sebagai sumber hukum utama bagi umat Muslim, tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, tetapi juga memberikan petunjuk tentang interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Salah satu cara untuk lebih memahami isi dan makna Al-Qur'an adalah melalui pembacaan dan perenungan. Dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa ayat yang menyinggung perkembangan kognitif individu, salah satunya adalah ayat yang berbicara tentang tanda-tanda kekuasaan Allah:
"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepada mereka azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berfikir.” (QS. Yunus: 24)
Ayat tersebut menggambarkan bahwa manusia yang tidak mampu mensyukuri nikmat-Nya, akan kehilangan segala yang mereka anggap pasti dimiliki. Namun, pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan-Nya hanya bisa dipahami oleh mereka yang menggunakan akal untuk berpikir. Ini menegaskan pentingnya kemampuan kognitif dalam memahami kekuasaan Tuhan (Bs & Fitriani, 2022).
Tantangan Penggunaan Gadget dalam Pendidikan Agama Islam
Dalam konteks pendidikan agama Islam, penggunaan gadget oleh anak-anak dapat menimbulkan tantangan yang unik. Pendidikan agama tidak hanya berfokus pada pengajaran ilmu pengetahuan, tetapi juga bertujuan untuk membentuk karakter anak yang kuat, dengan dasar nilai-nilai spiritual dan moral. Nilai-nilai seperti kejujuran, ketaatan dalam ibadah, dan sikap sosial yang baik harus ditanamkan sejak dini agar anak tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia dan memiliki integritas tinggi (Hidayat & Maesyaroh, 2022).
Namun, penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengganggu proses pembentukan karakter ini. Anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu dengan gadget cenderung mengabaikan aktivitas keagamaan seperti berdoa, membaca Al-Qur'an, atau mengikuti pelajaran agama. Ketika perhatian mereka lebih tertuju pada gadget, mereka kehilangan kesempatan untuk merenungkan dan menginternalisasi nilai-nilai agama yang seharusnya diajarkan oleh orang tua atau guru (Alawiyah et al., 2022). Dampak dari kondisi ini sangat signifikan terhadap perkembangan spiritual anak, karena gadget lebih mendominasi perilaku dan pola pikir anak daripada nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi dasar kehidupan mereka (Masykura Setiadi et al., 2024).
Pentingnya Peran Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, termasuk peran ayah, ibu, dan anggota keluarga lainnya. Menurut para ahli pendidikan, anak memiliki hubungan yang sangat erat dengan lingkungan di sekitarnya, baik secara fisik maupun budaya. Setiap individu yang berinteraksi dengan anak memiliki peran penting dalam psikologi perkembangan mereka. Jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan yang positif, hal ini akan memberikan dampak besar pada perkembangan mereka di masa depan. Sebaliknya, lingkungan yang kurang mendukung dapat menghambat perkembangan anak (Ulfa & Na’imah, 2020).
Berikut adalah beberapa cara untuk memperlakukan anak sesuai dengan karakteristiknya:
- Memberikan Penghargaan (Reward): Penghargaan bertujuan untuk menghargai dan mengapresiasi proses pembelajaran anak, baik berupa makanan, uang, mainan, atau bentuk lainnya.
- Menjalankan Disiplin: Disiplin bukanlah bentuk hukuman, melainkan cara untuk membantu anak mengembangkan kontrol diri dan membangun kepercayaan diri.
- Memberikan Waktu Sementara (Time-out): Waktu sementara memberi kesempatan bagi anak untuk merenungkan kesalahan yang telah dilakukan, bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai pembelajaran.
- Menjadi Teladan (Role Modeling): Orang-orang di sekitar anak perlu memberikan contoh positif dalam perilaku, cara berpikir, berkomunikasi, dan pengambilan keputusan.
- Memberikan Dukungan (Encouragement): Dukungan dan dorongan sangat penting untuk membantu anak mengembangkan sifat-sifat baik yang mereka miliki.
- Perhatian dan Pengabaian (Attention-Ignore): Fokuskan perhatian pada perilaku baik anak agar mereka terdorong untuk mengulanginya, sementara tingkah laku buruk sebaiknya diabaikan.
Dengan menerapkan cara-cara tersebut, kita dapat membantu anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakteristik unik mereka (Syahrizal, 2023).
Pengaruh Pengasuhan Terhadap Kepribadian Anak
Pengasuhan yang diterapkan orang tua memegang peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anak, baik sejak kecil hingga mereka tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih metode pengasuhan yang tepat dan ideal untuk anak-anak mereka. Pendekatan pengasuhan yang keliru dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak. Oleh karena itu, diharapkan orang tua dapat menjalankan pengasuhan dengan bijaksana, agar tidak merusak jiwa dan karakter anak (Inayah & Shofiyyah, n.d.).
Pendidikan Keimanan dan Pendidikan Seks dalam Pembentukan Karakter Anak
Nilai-nilai pendidikan keimanan, ibadah, dan pendidikan seks memiliki peran penting dalam proses pendidikan anak. Nilai-nilai ini bertujuan untuk membentuk individu yang bertaqwa dan menjadi pedoman bagi pengabdian hamba kepada Tuhan, baik dalam ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah. Pendidikan ini tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga terintegrasi dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Melalui pendidikan yang holistik ini, diharapkan dapat terwujud generasi yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab dalam kehidupan mereka (Tuti & Hairiyah, 2021).
Artikel ini membahas betapa pentingnya perkembangan kognitif, pendidikan agama, dan pengasuhan dalam membentuk karakter anak, khususnya dalam konteks pendidikan agama Islam. Perkembangan kognitif anak memiliki peran krusial dalam proses pembelajaran, dan taksonomi Bloom menyediakan kerangka untuk memahami berbagai tingkat kemampuan berpikir yang perlu dicapai. Di dalam Al-Qur'an, juga terdapat ajaran tentang pentingnya berpikir dan merenung untuk memahami kekuasaan Allah, yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan kognitif individu.
Secara keseluruhan, pendidikan agama, perkembangan kognitif, dan pengasuhan yang tepat sangat penting untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia, memiliki integritas tinggi, serta dapat menghadapi tantangan zaman, termasuk pengaruh teknologi, dengan bijaksana.
Daftar Pustaka
- Alawiyah, D., Mulkiyan, M., & Muh.erwin. (2022). PROBLEMATIKA DAN PENDAMPINGAN ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN GADGET. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 8(1), 36–53. https://doi.org/10.47435/mimbar.v8i1.890
- Bs, I. A., & Fitriani, W. (2022). Integrasi Perkembangan Kognitif Individu dalam Al-Qur’an dengan Aspek Religius. AS-SABIQUN, 4(5), 1402–1413. https://doi.org/10.36088/assabiqun.v4i5.2269
- Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 9(1), 37. https://doi.org/10.21927/literasi.2018.9(1).37-50
- Hidayat, A., & Maesyaroh, S. S. (2022). Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini. JURNAL SYNTAX IMPERATIF : Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 1(5), 356. https://doi.org/10.36418/syntax-imperatif.v1i5.159
- Inayah, A., & Shofiyyah, N. A. (n.d.). Pola Asuh Orang Tua dalam Tinjauan Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.
- Junaidin Nobisa & Usman. (2021). Pengunaan Metode Ummi dalam Pembelajaran Al-Qur’an. AL-FIKRAH: Jurnal Studi Ilmu Pendidikan Dan Keislaman, 4(1), 44–70. https://doi.org/10.36835/al-fikrah.v4i1.110
- Masykura Setiadi, F., Maryati, S., & Mubharokkh, A. S. (2024). Analisis Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Perkembangan Psikologis dan Keagamaan Anak Usia Dini (TK dan SD) dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam. Muaddib: Islamic Education Journal, 7(1), 1–11. https://doi.org/10.19109/muaddib.v7i1.24432
- Syahrizal, S. (2023). OPTIMALISASI PEMBELAJARAN TAHFIZH PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR MELALUI TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET. El-Moona: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 5(1), Article 1.
- Tuti, T. W., & Hairiyah, H. (2021). Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam Bagi Anak (Analisis Psikologi Perkembangan Anak). LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 12(2), 92. https://doi.org/10.21927/literasi.2021.12(2).92-99
- Ulfa, M., & Na’imah, N. (2020). Peran Keluarga dalam Konsep Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Aulad : Journal on Early Childhood, 3(1), 20–28. https://doi.org/10.31004/aulad.v3i1.45
Tidak ada komentar