ARTIKEL

Kesehatan Mental Sigmund Freud Dalam Perspektif Al-Qur’an

Walies MH
Januari 05, 2025
0 Komentar
Beranda
ARTIKEL
Kesehatan Mental Sigmund Freud Dalam Perspektif Al-Qur’an

Penulis : Ratu Bulqis (Mahasiswi Prodi Psikologi Islam IAIN Langsa)

Pembahasan

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan dan diwahyukan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari, selama 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun Madinah. Sebagai rahmat dan petunjuk bagi seluruh umat manusia yang beriman kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf/7: 52

وَلَقَدْ جِئْنٰهُمْ بِكِتٰبٍ فَصَّلْنٰهُ عَلٰى عِلْمٍ هُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

“Sungguh, Kami telah mendatangkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) yang telah Kami jelaskan secara terperinci atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Era Revolusi industri 4.0 dan globalisasi serta transformasi sosial sudah memicu lahirnya tegangan mental, tekanan mental, depresi, psikosis, kecemasan, dan kegelisahan yang berkepanjangan. Hasil survei persatuan dokter spesialiskesehatan jiwa pada tahun 2007 menyatakan bahwa 94 persen masyarakat Indonesia mengalami depresi ringan dan berat. Perkembangan zaman dan teknologi modern saat ini, terlebih lagi yang menyangkut masalah psikologi manusia dapat meningkatkan statistik penderita kegelisahan, kecemasan, tekanan batin dan lain sebagainya. Seseorang yang mengalami ketidakstabilan emosional dalam spiritual dan psikologi beresiko tinggi mempunyai mental yang tidak sehat, sehingga orang-orang yang menderita penyakit mental ini mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan bunuh diri. Tindakan ini merupakan salah satu hal yang akan memisahkan antara manusia dengan agamanya. Kehidupan manusia akan berjalan dengan baik dan bahagia jika terdapat keseimbangan antara dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt. Q.S. Al-Baqarah/2: 201

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

“Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.”

Merujuk teori tentang keseimbangan antara dunia dan akhirat, tasawuf memberikan teori tentang keseimbangan norma-norma agama dan norma-norma di zaman modern. Akan tetapi, ada pula orang-orang yang menganggap bahwa pengaruh sufisme hanya membahas tentang urusan-urusan Islam saja. Sama halnya seperti kesehatan fisik, kesehatan mental juga merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan mental yang sehat sangat mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Segala aktifitas orangorang yang mempunyai mental yang sehat pasti akan berjalan dengan lancar dan maksimal tanpa adanya gangguan atau hambatan dari beban pikiran dalam dirinya. Orang yang mempunyai mental yang sehat ialah orang-orang yang terhindar dari segala sesuatu dan gejala mengenai gangguan serta penyakit mental seperti fobia, depresi, gangguan kecemasan dan lain sebaginya.

Mental yang sehat akan membuat seseorang mampu menyesuaikan diri dimanapundan kapanpun, memanfaatkan segala macam potensi diri yang ada dan mengembanganbakat semaksimal mungkin. Sehingga, hal ini akan memberikannya rasa bahagia dan membuat hidupnya lebih harmonis secara lahir dan batin. Keadaan fisik seseorang yang sehat tidak dapat jauh-jauh dari keadaan mental yang baik dan sehat pula. Karena mental yang tidak sehat atau mengalami gangguan, akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang.

Gangguan mental merupakan suatu kesalahan yang terjadi pada mental yang sehat dan ideal. Stress, frustasi, dan lain sebagainya merupakan beberapa indikasi bahwa seseorang menderita kelainan mental. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut, seseorang harus bisa menyesuaikan diri dimanapun dan kapanpun agar semua kebutuhan hidupnya terpenuhi. Ada banyak sekali aneka ragam kebutuhan hidup manusia, mulai dari segi spiritual, emosional, maupun intelektual. Kebutuhan spiritual manusia adalah salah satu bentuk dan upaya untuk mengisi jiwa dan hati dengan norma-norma kebaikan yang berhubungan dengan agama. Orang-orang yang selalu mengisi hatinya dengan berbagai macam kebaikan, maka hidupnya akan senantisa dikelilingi oleh rasa tenang dan nyaman. Sehingga hal ini dapat menjauhkannya dari gangguan dankelainan mental. Kesehatan mental yang baik merupakan suatu keadaan dimana seseorang terhindar dari segala macam dan jenis gangguan mental, keadaan dimana seseorang dapat menjalankan hidupnya sesuai dengan baik dan benar, seseorang yang dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi setiap masalah yang akan dan telah ia jalani semasa hidupnya.

Dalam teorinya, Sigmund Freud menjelaskan secara detail mengenai struktur kejiwaan manusia sampai kepada sumber-sumbernya. Freud juga memberikan gambarannya terhadap manusia berdasarkan dengan teori analisisnyasendiri. Kesehatan mental yang dibahas oleh Sigmund Freud disini berkaitan dengan teori psikoanalisis yang di kembangkan oleh Freud dan para pengikutnya sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Teori psikoanalisis ini merupakan teori yang menjelaskan tentang perkembangan kepribadian, di dalamnya terdapat unsur-unsur yang diutamakan seperti motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini juga berasumsi bahwa kepribadian seseorang akanberkembang ketika terjadi konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, hal ini biasanya terjadi pada anak-anak usia dini. Menurut World Health Organization (WHO, 2013) dan UU Nomor 18 tahun 2014, kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan (well-being) yang menyangkut perkembangan fisik, psikis, spiritual, dan sosial sehingga individu mampu menyadari kemampuannya sendiri untuk mengatasi tekanan di kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya (WHO, 2011) atau tempat di manapun dia berada. Teori psikoanalisis ini berkaitan erat dengan kesehatan mental seseorang. Karena kesehatan mental seseorang itu sangat mempengaruhi perkembangan darikepribadian dan perilaku manusia tersebut.

Konsep Kesehatan mental

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Konsep merupakan rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa yang konkret. Bisajuga gambaran dari objek yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Definisi kesehatan tidak hanya meliputi ahli medis, tetapi juga aspek mentaldan sosial, dan bukan hanya satu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mental adalah hal yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga. Sedangkan konsep kesehatan mental dalam penelitian ini adalah suatu pengertian atau konsep yang sudah dirancang oleh Sigmund Freud yang dikenal sebagai bapak psikologi tentang tingkah laku atau sifat perilaku yang ada di dalam diri manusia.

Penemuan paling mendasar oleh Freud adalah peran dinamis dari ketidaksadaran dalam kehidupan psikis manusia. Freud menguraikan bahwa sebagian besar kehidupan psikis manusia terjadi pada tingkat yang tidak disadari dibandingkan tingkat kesadaran manusia. Tingkat kesadaran mencakup segala hal yang kita perhatikan pada suatu waktu tertentu. Freud berpendapat bahwa hanya sebagian kecil dari kehidupan mental, seperti pikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan, yang muncul dalam kesadaran. Sedangkan menurut Freud, tingkat ketidaksadaran merupakan elemen paling krusial dalam jiwa manusia. Freud secara khusus menyatakan bahwa ketidaksadaran bukanlah konsep hipotetis, melainkan suatu realitas empiris.

Sigmund Freud

Sigmund Freud adalah pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi dan merupakan seorang Austria keturunan Yahudi. Dia lahir di Freiberg, tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal dunia pada 23 September 1939 di London pada umur 83 tahun. Penemuan psikoanalisis ini membuat nama Freud menjadi masyhur karena istilah ini diciptakan oleh Freud untuk pertama kalinya pada tahun1896. Bisa dikatakan bahwa psikoanalisis ini merupakan suatu pandangan baru tentang manusia yang mana ketidaksadaran memainkan peranan sentral.

Perspektif Al-Qur’an

Menurut kamus besar bahasa Indonesia(KBBI), perspektif merupakan sudut pandang atau pandangan seseorang. Sedangkan Joel M Charon, perspektif adalah kerangka konseptual, perangkat asumsi, perangkat nilai dan gagasan yang mempengaruhi persepsi atau pendapat seseorang sehingga nantinya juga akan mempengaruhi tindakan seseorang dalam situasi dan kondisi tertentu. Menurut peneliti, perspektif itu adalah bagaimana seseorang memberikan pandangan terhadap suatu hal tentang baik dan buruknya hal tersebut. Maksud dari perspektif Al-Qur’an di sini adalah gambaran bagaimana suatu pemikiran tokoh menurut Al-Qur’an. Apakah pemikiran itu berhubungan atau berkaitan dengan Al-Qur’an, apakah pemikiran tersebut sejalan dengan Al-Qur’anatau malah sebaliknya. Dalam hal ini peneliti menjadikan Al-Qur’an sebagairujukan atas segala masalah yang ada di dalam kehidupan manusia termasuk dalamhal kesehatan mental. Yang mana Al-Qur’an itu sendiri merupakan sebuah kitab suci dan petunjuk yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. bagi seluruh manusia.

Perspektif Al-Qur'an tentang Kesehatan Mental

Al-Qur'an tidak secara eksplisit membahas konsep kesehatan mental seperti yang kita pahami saat ini. Namun, kita dapat menemukan prinsip-prinsip yang relevan dengan kesehatan mental dalam berbagai ayatnya. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Pentingnya Keseimbangan: Al-Qur'an mendorong manusia untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan akhirat, antara kebutuhan fisik dan spiritual. Keseimbangan ini sangat penting untuk kesehatan mental yang optimal.
  2. Peran Iman: Iman kepada Allah SWT memberikan kekuatan dan ketenangan batin. Iman yang kuat dapat membantu seseorang menghadapi berbagai tantangan hidup dan menjaga kesehatan mentalnya.
  3. Pentingnya Sosial: Al-Qur'an sangat menekankan pentingnya hubungan sosial. Berinteraksi dengan orang lain, berbuat baik, dan membantu sesama adalah cara yang efektif untuk menjaga kesehatan mental.
  4. Pengendalian Diri: Al-Qur'an mengajarkan pentingnya mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Dengan mengendalikan diri, seseorang dapat menghindari konflik batin dan menjaga kesehatan mentalnya.

Meskipun berbeda, ada beberapa titik temu antara psikoanalisis Freud dan pandangan Al-Qur'an tentang kesehatan mental. Misalnya, keduanya mengakui pentingnya alam bawah sadar dan konflik batin dalam mempengaruhi perilaku manusia dan berImplikasi untuk Kesehatan Mental Kontemporer yaitu Menggabungkan perspektif Freud dan Al-Qur'an dapat memberikan pemahaman yang lebih holistik tentang kesehatan mental. Pendekatan ini dapat mengintegrasikan terapi psikologis dengan nilai-nilai spiritual, sehingga memberikan manfaat yang lebih komprehensif bagi individu yang mengalami gangguan mental.

Struktur kepribadian menurut sigmund freud

Struktur kepribadian adalah konsep yang digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan komponen-komponen yang membentuk kepribadian seseorang. Konsep ini mencoba menjelaskan mengapa setiap individu memiliki cara berpikir, merasa, dan berperilaku yang unik. Salah satu teori paling terkenal tentang struktur kepribadian berasal dari Sigmund Freud. Menurut Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen utama:

  1. Id: Bagian kepribadian yang paling primitif dan didorong oleh prinsip kenikmatan. Id menginginkan pemenuhan segera terhadap kebutuhan dan hasrat, tanpa mempertimbangkan konsekuensi sosial atau moral.
  2. Ego: Bagian kepribadian yang berfungsi sebagai mediator antara id dan dunia nyata. Ego beroperasi berdasarkan prinsip realitas, mencari cara untuk memenuhi keinginan id secara realistis dan dapat diterima secara sosial.
  3. Superego: Bagian kepribadian yang berisi nilai-nilai moral dan ideal yang diperoleh dari orang tua dan masyarakat. Superego berfungsi sebagai semacam "pembimbing batin" yang memberikan penilaian terhadap tindakan kita.

 Kesimpulan

Membandingkan Sigmund Freud dan Al-Qur'an dalam konteks kesehatan mental adalah upaya yang menarik namun kompleks. Meskipun terdapat perbedaan yang signifikan, kedua perspektif ini dapat saling melengkapi dan memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang kesehatan mental manusia. Analisis komparatif antara psikoanalisis Sigmund Freud dan pandangan Al-Qur'an mengenai kesehatan mental menyajikan sebuah gambaran yang kaya dan kompleks. Meskipun keduanya berangkat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu ilmu pengetahuan dan agama, terdapat beberapa titik temu yang menarik. Baik Freud maupun Al-Qur'an mengakui adanya dimensi bawah sadar dalam diri manusia yang mempengaruhi perilaku dan emosi. Konflik batin dan dorongan-dorongan yang tidak terkendali menjadi tema sentral dalam kedua perspektif ini.

Al-Qur'an, dengan pendekatan yang lebih holistik, mengajarkan pentingnya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi, serta peran iman dalam menjaga kesehatan mental. Konsep nafsu, akal, dan hati dalam Al-Qur'an memiliki kesamaan dengan konsep id, ego, dan superego dalam psikoanalisis. Sementara itu, Freud lebih berfokus pada mekanisme pertahanan ego dan pengalaman masa kanak-kanak sebagai faktor penyebab gangguan mental. Dalam konteks kesehatan mental kontemporer, mengintegrasikan kedua perspektif ini dapat memberikan manfaat yang signifikan. Pendekatan yang menggabungkan terapi psikologis dengan nilai-nilai spiritual dapat memberikan dukungan yang lebih komprehensif bagi individu yang mengalami gangguan mental. Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan latar belakang yang unik, sehingga pendekatan yang tepat harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.

Referensi

  1. Rabiani (2023) Konsep Kesehatan Mental Sigmund Freud dalam Perspektif Al-Qur'an. Skripsi, Ushuluddin dan Humaniora.
  2. Fakultas Psikologi UST, Teori Kepribadian Sigmund Freud, https://psikologi.ustjogja.ac.id/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-freud/, diakses tanggal 5 januari 2025.
  3. Husnul Hatima A Darise, Kesehatan Mental dalam Perspektif Al-Qur’an, (Palu: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, 2018), hal 67.
  4. Khairunnas Rajab, Psikologi Iman sebagai Penguatan Nilai Teologis dalam KesehatanMental Islam, mengutip dari Harian Sijori Mandiri, Jurnal Sosio-Religia, Vol. 9, No. 3, 2010, 1.
  5. Siti Sudari HS. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT Rineka Cipta. hal 1.


Penulis blog

Tidak ada komentar