Ditulis Oleh Dwina Tasya Khaylazuhra (Mahasiswa Prodi Psikologi Islam, IAIN Langsa)
Di tengah kesibukan kehidupan
modern, banyak orang merasakan ketidakpastian akibat tuntutan dan ekspektasi
yang tiada henti. Keinginan untuk diterima, berprestasi, dan memiliki citra
diri yang ideal seringkali membawa mereka kepada jurang ketidakpuasan dan
penurunan harga diri. Self-esteem, atau penilaian individu terhadap dirinya
sendiri, merupakan fondasi penting untuk mencapai kebahagiaan sejati dan
menjalani kehidupan yang bermakna. Namun, menemukan self-esteem yang sehat dan
sejalan dengan nilai-nilai Islam menjadi tantangan tersendiri bagi banyak
orang, termasuk umat Muslim.
Self-Esteem
merupakan suatu aspek evaluasi seseorang terhadap diri sendiri secara
keseluruhan, yang disebut harga diri atau citra diri (Heppi Sasmita 2021). Orang dengan Self-Esteem yang tinggi cenderung
puas dengan kepribadian dan keterampilannya. Adanya penerimaan dan penghargaan
atas hasil positif, yang memberikan rasa
aman ketika beradaptasi dan merespons rangsangan dan lingkungan sosial (Gusti dan Syofyan 2019). Menurut Maslow dalam (Alwisol,t.t.), harga diri merupakan suatu
kebutuhan manusia yang memerlukan perluasan atau pemuasan untuk mempertahankan
tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.
Jumlah
populasi remaja didunia menurut World Health Organization sekitar 18% dari
jumlah populasi penduduk yang ada di dunia atau sekitar 1,2 juta jiwa berusia
10 sampai 19 tahun. Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
pada tahun 2021, jumlah remaja di Indonesia mencapai 64,92 juta. Di antara
mereka, sekitar 35% atau sekitar 14 juta remaja berusia 15 tahun ke atas
mengalami masalah harga diri yang rendah. Angka ini setara dengan 6% dari total
populasi Indonesia.(“wati, Era 2023,” t.t.)
Rendahnya self-esteem dapat
memberikan dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan. Individu yang memiliki
self-esteem rendah cenderung merasa tidak berharga, tidak mampu, dan tidak
layak untuk bahagia. Mereka mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain,
kesulitan untuk mencapai potensi terbaik mereka, dan rentan terhadap berbagai
masalah mental serta emosional (Maynawati 2012). Konsep self-esteem dalam Islam berperan penting
dalam membantu individu mencapai kebahagiaan sejati serta hidup yang bermakna.
Dengan memahami nilai-nilai Islam terkait self-esteem, kita dapat membangun
kepercayaan diri yang kokoh, menghargai potensi diri, dan menjalani kehidupan
yang selaras dengan ajaran agama.
Islam menekankan pentingnya penghargaan terhadap diri sendiri dan keyakinan yang kuat akan potensi yang dimiliki. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
"Dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam, dan Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang nyata atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan. " (QS. Al-Isra’: 70).
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dengan derajat yang mulia
dan memiliki potensi yang luar biasa. Keyakinan akan keistimewaan ini dapat
menjadi fondasi bagi self-esteem yang sehat. Namun, self-esteem dalam Islam
tidak berarti kesombongan atau merasa lebih unggul dibandingkan orang lain.
Self-esteem yang hakiki berakar dari kesadaran akan nilai dan potensi diri
sebagai ciptaan Allah SWT (Umam, t.t.).
Self-esteem dalam Islam dapat
dipahami dan dikembangkan melalui beberapa sumber penting:
- Tauhid yaituKeyakinan akan keesaan Allah SWT dan pemahaman tentang peran manusia sebagai khalifah di muka bumi berkontribusi pada peningkatan self-esteem. Manusia menyadari bahwa ia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki tujuan dan potensi yang luar biasa (Umam, t.t.).
- Kemanusiaan yang dimana dalam Islam, manusia dipandang sebagai makhluk yang mulia, diciptakan dengan potensi besar. Dikaruniai akal, jiwa, dan hati, manusia mampu berpikir, berkarya, dan beribadah, yang pada gilirannya meningkatkan rasa percaya diri (Fatekhah 2023).
- Praktik ibadah, seperti sholat, puasa, dan zakat, memiliki peran penting dalam memperkuat self-esteem. Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, seseorang dapat membangun karakter yang baik. Ibadah mengajarkan disiplin, kesabaran, kepedulian terhadap sesama, serta rasa syukur—semua sifat ini berkontribusi pada peningkatan self-esteem (“Muslimah News,” t.t.).
- Ilmu pengetahuan yaitu dengan cara Islam mendorong umatnya untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan potensi diri. Pencarian ilmu tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri, tetapi juga self-esteem, karena individu menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan untuk belajar, bertumbuh, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat (Umam, t.t.).
Self-esteem merupakan konsep yang
sangat penting bagi manusia. Ia berfungsi sebagai alat evaluasi diri untuk
menilai nilai dan keberhargaan seseorang, baik dari segi fisik, intelektual,
emosional, maupun moral. Penghargaan, penerimaan, dan penghormatan yang
diperoleh, serta perlakuan orang lain terhadap individu, adalah hasil dari
interaksi mereka dengan lingkungan sekitar (Arroisi dan Badi’2022)
Self-esteem yang sehat memainkan
peran penting dalam membantu individu mencapai kebahagiaan sejati, menjalani
hidup yang bermakna, serta meraih potensi terbaik mereka. Orang-orang dengan
self-esteem yang positif cenderung merasa lebih bahagia dan percaya diri, serta
lebih mampu menghadapi tantangan hidup (Rusfiana dan Sugiasih 2021). Mereka juga lebih mudah
membangun hubungan yang sehat dan berkontribusi secara positif kepada
masyarakat. Dengan begitu, mereka dapat mencapai tujuan hidup yang memiliki
makna.
Oleh karena itu, mari kita terus berupaya untuk belajar dan mengembangkan harga diri yang sehat, berdasarkan nilai-nilai Islam. Dengan memahami ajaran agama dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mencapai kebahagiaan sejati dan hidup yang bermakna. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku. ” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Tidak ada komentar