Ditulis
Oleh : Anggun Nur Sukma, Prodi Psikologi Islam IAIN Langsa
Persoalan
yang dihadapi manusia dari waktu ke waktu tampaknya makin lama makin komplik,
baik persoalan yang berhubungan dengan pribadinya, keluarganya, pekerjaan,
maupun masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas masalah kehidupannya dan
kehilangan arti dan tujuan hidup dengan membawa sejuta persoalan psikologisnya (Rahmandaniet al., 2024) Salah satunya adalah ganggan
psikologis berupa rasa cemas. Cemas merupakan respon emosional yang tidak
menyenangkan terhadap berbagai macam stressor baik yang jelas maupun tidak
teridentifikasikan yang ditandai dengan adanya perasaan khawatir, takut, serta
adanya perasaan terancam. Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses
emosi yang sedang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami
tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik).(Nabilah
& Aktifah, 2021)
Kecemasan dibedakan dari rasa takut karena
objek yang diketahui dengan jelas atau objek ini dapat mengancam kesejahteraan
orang tersebut dan kecemasan dengan rasa takut yang tidak diketahui objeknya.
Meskipun kecemasan sering
dianggap sebagai fenomena biasa dalam kehidupan manusia, tingkat kecemasan yang
dialami penting untuk diperhatikan guna menjaga kstabilan dalam aktualisasi
tugas dan bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan. Tingkat kecemasan
yang berat dapat mengancam kesehatan mental dan fisik seseorang. Gejala kecemasan meliputi respon
fisik dan psikologis. Adanya rasa khawatir dan diikuti rasa gelisah, berakibat
pada respon fisiologis tertentu. Beberapa individu mampu mengatasinya namun ada
beberapa yang kesulitan menanganinya.(Nugraha, 2020)
Ketenangan
jiwa adalah sumber bagi kebahagiaan. Seseorang individu tidak akan mengalami
perasaan yang bahagia ketika jiwanya tidak tenang atau gelisah (Astutiet al., 2019) Hakikat perjalanan hidup yang kita
jalani, semakin kita melangkah banyak masalah yang datang dan pergi. Pada
lembaga non formal sekarang banyak melakukan kegiatan zikir dengan tujuan
supaya mendapatkan ketenangan jiwa dan dapat meningkatkan akhlak dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun keutamaan dalam berzikir adalah hati akan menjadi
tentram, pikiranpun akan jernih. Dengan begitu segala sesuatu yang dilakukan
akan menjadi baik, khususnya dalam akhlak seseorang.(Sutioningsihet al., 2019)
Dzikir merupakan cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT agar batin mendapatkan ketenangan dan kedamaian hidup di dunia
dan akhirat. Dzikir juga sebagai teknik untuk mengembangkan potensi iman yang
memberi nilai positif dalam kehidupan. Banyak sekali manfaat dari dzikir kepada
Allah SWT. Yang diterangkan semdiri oleh Allah SWT dalam kitabnya Al-Qur’an
ataupun diterangkan dalam hadist Nabi Saw. Diantaranya manfaat dzikir itu
adalah Dapat menentramkan hati, Mendapat ampunan dan pahala besar, Menghapus
keburukan dan dosa, Memudahkan datangnya pertolongan dari Allah.(Haryanto,2015)
Dzikir
ialah mengingat nikmat-nikmat Tuhan. Dzikir dipilih karena pelafalan berulang
kata-kata yang diyakini akan lebih berefek pada tubuh dibandingkan kata-kata
yang tidak ada artinya dzikir membantu individu membentuk persepsi yang lain
selain ketakutan yaitu keyakinan bahwa stresor apapun bisa diatasi dengan baik
melalui bantuan Allah.Umat Islam percaya bahwa penyebutan Allah secara berulang
(dzikir) dapat menyembuhkan jiwa dan menyembuhkan berbagai penyakit.(Latif, 2022)
Ketika
berdzikir (mengingat Allah), hati akan menjadi tenang dan tenteram. Dan
tentunya ada langkah-langkah tertentu yang harus dilakukan ketika berdzikir
agar tercapai ketenangan hati. Dzikir jahr adalah salah satunya. Untuk
berdzikir, ucapkanlah kalimat ṭayyibah dengan lantang, terutama yang diawali
dengan syahadat la ilaha illallah. Dzikir kepada Allah hendaknya dilakukan
berulang kali, dengan jeda sesedikit mungkin. Terapi dzikir tauhid adalah media atau sarana untuk
mengurangi gangguan kecemasan yang terjadi dengan cara rutin membacanya setiap
pagi dan sore hari. Metode yang digunakan adalah dengan membaca dzikir tauhid
selama 7 menit.(Tamrinet al., 2020)
Dzikir
sebagai ibadah kepada Allah dapat dilakukan setelah shalat dan kebiasaan ini
dapat mempengaruhi aspek jiwa manusia sehingga menguatkan rasa takut pada Allah
yang bermuara pada kesabaran dan berdzikir mampu membuat manusia menjaga diri,
ketenangan hati dan hidup menjadi berkualitas serta bermakna. Beberapa manfaat
dari membaca Dzikir bagi Tingkat
kecemasan yaitu:
- Memberikan ketenangan batin : Dzikir membantu menghilangkan kegelisahan, kecemaan dan ketakutan, memberikan rasa tenang dan damai dalam hati.
- Pembersihan hati: Dengan mengingat Allah, hati akan terhindar dari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki dan sombong.
- Kedekatan dengan Allah : Dzikir memperkuat hubungan seorang hamba dengan tuhannya, menjadikan Allhah selalu hadir dalam setiap Langkah kehidupan.(Supriatna & Zulkarnaen, 2019)
Pada
hakikatnya, orang yang sedang berdzikir adalah orang yang sedang berhubungan
dengan Allah. Karena
pada dasarnya, ia ingin menghidupkan kembali hati mereka yang mati, namun bila
seseorang tidak mampu menghidupkan hatinya terlebih dahuli, maka keinginan atau
kehendak untuk menghidupkan hati yang lain tidak akan mampu dilakukan.
Dikarenakan
Dzikir merupakan partisipan komunikasi transendental yang efektif, tentunya
hati manusia akan mudah tersentuh untuk menjaga keseimbangan antara apa yang
dipercayai sebagai nilai kebenaran dalam agama, dengan tingkat pengakuan yang
terdapat dalam perbuatan manusia dipahami sebagai sebuah narasi berdasarkan
kehendak Allah. Bahkan perbuatan manusia tidak dikatakan maksimal, sekiranya
manusia belum sepenuhnya menyerahkan diri sebagai predikat dalam menentukan
spesifikasi perbuatannya sebagaimana tujuan agama.(Patimahet al., 2015)
Refrensi
:
Astuti, D., Hartinah, D., & Permana,
D. R. A. (2019). Pengaruh Pemberian Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Post Sc. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(2),
307. https://doi.org/10.26751/jikk.v10i2.687
Haryanto, R.
(2015). Dzikir: Psikoterapi Dalam Perspektif Islam. AL-IHKAM: Jurnal Hukum
& Pranata Sosial, 9(2), 338–365.
https://doi.org/10.19105/al-lhkam.v9i2.475
Latif, U.
(2022). Dzikir Dan Upaya Pemenuhan Mental-Spiritual Dalam Perspektif Al-Qur’an.
At-Taujih : Bimbingan Dan Konseling Islam, 5(1), 28.
https://doi.org/10.22373/taujih.v5i1.13729
Nabilah, M. F.,
& Aktifah, N. (2021). Literature Review : Gambaran Pengaruh Pemberian
Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Oprasi. Prosiding
Seminar Nasional Kesehatan, 1, 806–812.
https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.756
Nugraha, A. D.
(2020). Memahami Kecemasan: Perspektif Psikologi Islam. IJIP : Indonesian
Journal of Islamic Psychology, 2(1), 1–22.
https://doi.org/10.18326/ijip.v2i1.1-22
Patimah, I., S,
S., & Nuraeni, A. (2015). Pengaruh Relaksasi Dzikir terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, v3(n1), 18–24.
https://doi.org/10.24198/jkp.v3n1.3
Rahmandani, R.,
Farhan, A. H., Rizkia, R. N., Cicelia, C., Aliyyah, S., Rahmah, M., & Jun,
Z. (2024). Peran Psikoterapi Dzikir Tauhid terhadap Kecemasan Menghadapi
Masa Depan pada Mahasiswa Pengguna Instagram. 3(1), 461–469.
Supriatna, A.,
& Zulkarnaen, R. (2019). Studi kasus tingkat kecemasan matematis siswa SMA.
Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2(1C),
730–735. https://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/article/view/2721
Sutioningsih,
S., Suniawati, S., & Hamsanikeda, S. (2019). Pengaruh Terapi Meditasi
(Dzikir) terhadap Tingkat Stres pada Lansia. Jurnal Keperawatan Profesional,
7(1). https://doi.org/10.33650/jkp.v7i1.502
Tamrin, T.,
Widyaningsih, T. S., & Windiyastuti, W. (2020). Pengaruh Terapi Dzikir
Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Lansia Diabetesi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebdosari Semarang. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 4(1),
61–69. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.83
Tidak ada komentar