Penulis: Rahadatul
Aisyi (Mahasiswi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Cot
Kala Langsa. )
Meningkatnya kasus gangguan mental di masyarakat
mendorong pentingnya pemeriksaan kesehatan mental sebagai langkah awal. Program
skrining kesehatan mental yang diterapkan di berbagai institusi telah menunjukkan dapat memberikan dampak
positif dalam mendeteksi dini masalah kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah hal utama. Banyak dari jutaan
orang Indonesia mengalami masalah mental namun masyarakat enggan mencari
pertolongan karena stigma dan keyakinan bahwa penyakit mental adalah kondisi
yang sepele. Hal ini menjadi masalah besar Indonesia.
Hampir mayoritas dari mereka tidak menyadari gejala
masalah mental, dan lebih memilih mendiagnosis diri sendiri melalui informasi
di internet.
Padahal kesehatan mental harus ditanggani oleh pihak
profesional, sama halnya dengan kesehatan fisik. Namun, penyakit mental atau
pun fisik memiki perbedaan dalam hal gejala dan pengamatan.
Terkait dengan masalah mental, mental ataupun jiwa adalah
sesuatu yang tidak terlihat, penting bagi kita membutuhkan ahli profesional
untuk menanggani masalah yang tidak terlihat tersebut, yaitu kepada psikolog
atau psikiater.
kesehatan mental adalah suatu kondisi seseorang yang
memungkinkan berkembangnya semua aspek perkembangan, baik fisik, intelektual,
dan emosional yang optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain,
sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam psikologi Islam, potensi manusia sangat penting
karena setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan tugas
dan fungsi yang diberikan oleh Allah SWT.
Dalam hal ini, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan
penuh kasih sayang. Berdasarkan bunyi ayat surat An-Nahl ayat 78:
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur".
Konteks dan makna dari ayat ini adalah Allah memberikan
kemampuan kepada manusia untuk mendapatkan ilmu dan mencapai potensi
tertingginya.
Dalam buku Mental Hygiene, Kesehatan mental berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, bagaimana seseorang memikirkan, merasakan dan menjalani keseharian dalam kehidupan; Kedua, bagaimana seseorang memandang diri sendiri dan orang lain; dan Ketiga, bagaimana seseorang mengevaluasi berbagai alternatif solusi dan bagaimana mengambil keputusan terhadap keadaan yang dihadapi (Yusuf 2011).
Nah bisa dikatakan bahwa kesehatan mental itu penting karena hampir mencakup seluruh aspek perkembangan individu, baik fisik maupun psikis, meliputi upaya-upaya dalam mengatasi stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, bagaimana berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Kesehatan mental tiap individu berbeda-beda dan mengalami dinamisasi dalam perkembangannya. Karena pada hakitkatnya manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia harus menyelesaikannya dengan beragam alternatif pemecahan masalahnya. Adakalanya, tidak sedikit orang yang pada waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental dalam kehidupannya.
Maka, penting mengskrining lebih awal kesehatan mental agar mendeteksi lebih cepat atau menentukan risiko seseorang untuk mengalami gangguan mental. Karena kesehatan mental yang baik dapat membantu seseorang dalam memandang diri sendiri dan lingkungan dengan baik, mengembangkan diri secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, memberikan kontribusi untuk orang lain dan menstabilkan perilaku, emosi, dan pikiran..
Jika kesehatan mental tidak baik, seseorang dapat
mengalami berbagai kondisi masalah kesehatan mental, seperti stres, kecemasan,
depresi, dan gangguan mental yang lebih serius, terlebih kondisi kesehatan
mental di Indonesia yang masih menjadi tantangan.
Namun, bagaimana kondisi kesehatan mental di Indonesia?
Berbicara tentang kesehatan mental bukan hanya sekadar membicarakan permasalahan batin, melainkan tentunya harus secara lebih luas. Jika dilihat berdasarkan UU Nomor 18 2014 tentang kesehatan jiwa/mental adalah kondisi ketika seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga menyadari kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Bisa dikatakan bahwa kesehatan mental adalah menentukan
produktivitas serta potensi suatu bangsa.
Di tahun 2018, survei yang dilakukan oleh Riset Kesehatan
Dasar, prevalensi gangguan jiwa berat meningkat secara signifikan menjadi 7 per
mil, yang artinya 7 dari 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat
(Depkes, 2018), atau meningkat 312% dari tahun 2013. Pada tahun 2018, 1 dari 16
orang berusia 15 tahun ke atas terdiagnosis mengalami depresi. Pada tahun 2021,
prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 9,8% dan angka depresi
mencapai 6,6%. Pada tahun 2022, dilaporkan 826 kasus bunuh diri, yang merupakan
peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari sini kita tahu bahwa kondisi kesehatan
mental di Indonesia bisa mengalami peningkatan setiap tahun.
Lalu bagaimana cara kita mengubah kondisi tersebut?
Yaitu dengan memberi kesadaran kepada masyarakat bahwa
skrining kesehatan mental itu penting karena bagian dari hidup sehat, sama
pentingnya dengan kesehatan fisik.
Dan mengajak kepada masyarakat untuk mendeteksi lebih
cepat atau menentukan risiko seseorang untuk mengalami gangguan mental, seperti
gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, gangguan makan, atau gangguan
stress pascatrauma (PTSD).
Semakin cepat kita mendeteksi, semakin baik efektivitas
penangganan masalah kesehatan mental yang bisa diberikan oleh psikolog dan
psikiater. Dengan begitu, risiko terjadinya komplikasi atau masalah yang lebih
besar akibat gangguan mental, seperti penggunaan narkoba atau ide bunuh diri
bisa dicegah.
Nah, jadi pemeriksaan awal kesehatan mental bukan hanya
dilakukan pada orang yang sudah mengalami gejala gangguan kesehatan mental,
melainkan bisa dilakukan siapa saja tanpa harus muncul gejalanya.
Maka dari itu, jangan malas melakukan skrining awal
kesehatan mental, terlebih jika terdapat resiko mengalami masalah kejiwaan.
Sumber:
- https://www.detik.com/
- https://www.alodokter.com/
- https://www.kemhan.go.id/ppid/wp-content/uploads/sites/2/2016/11/UU-18-Tahun-2014.pdf
- Jurnal: Kesehatan Mental di Indonesia : Kini dan Nanti Yeni Duriana Wijaya, M.Psi., Psikolog, Psikolog Puskesmas Kebayoran Baru, DKI Jakarta.
- https://ugm.ac.id/id/berita/kementerian-kesehatan-ungkap-kasus-bunuh-diri-meningkat-hingga-826-kasus/
- Jurnal: Peran Religious Coping terhadap Psychological Distress pada Mahasiswa: Scooping Review Qurraotu Ayun, Taufik, Lisnawati Ruhaena.
- Buku: Mental hygiene. prof.dr.syamsu yusuf 2011.
Tidak ada komentar