Ditulis Oleh : Khayrani (Mahasiswa Program Studi Psikologi Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, IAIN Langsa.)
Pendahuluan
Menurut (Winarso, 2023) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai bentuk penundaan sukarela dalam menyelesaikan tugas, meskipun individu tersebut sadar akan dampak buruk dari kebiasaan ini. Perilaku ini sering kali didorong oleh kombinasi berbagai faktor. Di antaranya adalah manajemen waktu yang buruk, kurangnya motivasi intrinsik, tekanan sosial, serta kondisi psikologis seperti kecemasan. Misalnya, seorang mahasiswa yang merasa takut gagal atau tidak percaya diri dalam mengerjakan tugas sering kali memilih untuk menunda-nunda, dengan harapan dapat menghindari stres. Namun, penundaan ini justru meningkatkan tekanan, terutama ketika waktu semakin mendekati tenggat.
Selain itu, prokrastinasi akademik tidak hanya disebabkan oleh faktor individu, tetapi juga faktor lingkungan. Lingkungan yang kurang mendukung, seperti suasana belajar yang tidak kondusif atau distraksi dari media sosial, sering kali menjadi pemicu utama. Bahkan, kebiasaan menunda ini dapat diperparah oleh kurangnya bimbingan dari orang tua atau pendidik, terutama jika gaya pengasuhan bersifat permisif dan tidak menanamkan disiplin sejak dini.
Namun, di tengah kompleksitas masalah ini, pendekatan berbasis religiositas menawarkan solusi yang holistik. Dengan memadukan nilai-nilai spiritual dan prinsip psikoedukasi, pendekatan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis seperti manajemen waktu, tetapi juga menyentuh sisi emosional dan spiritual individu. Dalam Islam, misalnya, menyelesaikan tugas akademik dapat dianggap sebagai bagian dari amanah atau tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan. Pandangan ini memberikan dimensi baru dalam memaknai tugas, sehingga mahasiswa lebih termotivasi untuk menyelesaikannya tepat waktu (Khotimah, 2024). Dengan kata lain, agama menjadi sumber inspirasi sekaligus motivasi untuk menghadapi tantangan akademik dengan lebih optimis.
Pendekatan berbasis religiositas ini juga memperkuat ketahanan mental dan emosional individu. Nilai-nilai agama, seperti rasa syukur, tawakal, dan kedisiplinan, dapat membantu pelajar mengatasi tekanan dan rasa takut akan kegagalan. Sebagai contoh, dengan bersyukur atas kesempatan belajar, individu dapat melihat tugas akademik bukan sebagai beban, tetapi sebagai peluang untuk berkembang. Selain itu, melalui refleksi spiritual, mereka diajak untuk merenungkan tujuan jangka panjang, sehingga mampu melawan godaan nafsu untuk menunda pekerjaan.
Dengan demikian, prokrastinasi akademik bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi. Melalui pemahaman mendalam tentang akar penyebabnya dan pendekatan berbasis religiositas, individu dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang lebih baik. Dalam konteks ini, iman menjadi kekuatan pendorong untuk melawan nafsu dan mengarahkan individu menuju kesuksesan akademik yang lebih bermakna.
Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi akademik tidak terjadi begitu saja. Fenomena ini merupakan hasil dari interaksi kompleks antara berbagai faktor internal dan eksternal yang saling memengaruhi. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa faktor-faktor ini dapat memengaruhi sejauh mana seorang pelajar atau mahasiswa cenderung menunda penyelesaian tugas akademiknya.
Faktor internal mencakup kondisi psikologis individu, seperti ketakutan akan kegagalan, kurangnya rasa percaya diri, dan kecemasan. Mahasiswa yang merasa tidak mampu menyelesaikan tugas sering kali menundanya karena khawatir hasil akhirnya tidak sesuai dengan standar yang diharapkan. Misalnya, seorang mahasiswa yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap hasil tugasnya mungkin merasa tertekan jika ia merasa tidak cukup kompeten. Akibatnya, alih-alih mulai mengerjakan tugas, ia memilih untuk menunda-nunda, yang pada akhirnya hanya memperburuk keadaan(Andhika Mustika Dharma, 2020).
Selain itu, manajemen waktu yang buruk juga menjadi salah satu penyebab utama. Mahasiswa yang tidak memiliki jadwal belajar yang terstruktur cenderung lebih mudah terdistraksi oleh hal-hal lain. Aktivitas seperti menggulir media sosial, menonton video, atau bermain gim sering kali menjadi alasan utama mengapa tugas tidak segera dikerjakan. Kebiasaan ini, jika tidak diatasi, dapat menjadi lingkaran setan yang membuat individu semakin sulit untuk mengatur waktu dengan efektif (Chotimah & Nurmufida, 2020).
Faktor eksternal juga memegang peran penting dalam memengaruhi perilaku prokrastinasi. Gaya pengasuhan orang tua, misalnya, dapat menjadi salah satu penyebab. Orang tua yang cenderung permisif atau tidak menetapkan batasan yang jelas sering kali membuat anak kurang disiplin dalam menyelesaikan tugas. Di sisi lain, tekanan dari lingkungan, seperti harapan tinggi dari keluarga atau persaingan akademik yang ketat, juga dapat meningkatkan kecemasan dan keengganan untuk mulai mengerjakan tugas (Husain et al., 2023).
Lingkungan belajar yang tidak kondusif menjadi faktor eksternal lainnya yang memengaruhi prokrastinasi akademik. Mahasiswa yang tinggal di lingkungan yang penuh distraksi atau kurang dukungan sosial mungkin merasa sulit untuk berkonsentrasi pada tugas akademiknya. Sebagai contoh, suasana yang bising atau teman-teman yang lebih memilih bersantai daripada belajar dapat menghambat produktivitas individu.
Selain faktor-faktor tersebut, perasaan kewalahan akibat terlalu banyaknya tugas juga dapat memicu prokrastinasi. Ketika seorang mahasiswa menghadapi daftar tugas yang panjang tanpa mengetahui harus mulai dari mana, ia cenderung merasa tidak berdaya. Kondisi ini sering kali membuat individu memilih untuk menunda tugas dengan alasan mencari waktu yang "tepat" untuk memulai, meskipun sebenarnya waktu tersebut tidak pernah datang (Fadila & Khoirunnisa, 2021).
Dengan memahami faktor-faktor penyebab prokrastinasi akademik, langkah-langkah penanganan dapat lebih mudah dirancang. Misalnya, membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan manajemen waktu, memberikan dukungan emosional, atau menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dapat secara signifikan mengurangi kecenderungan mereka untuk menunda tugas. Oleh karena itu, penting bagi pendidik, orang tua, dan mahasiswa sendiri untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah ini demi mendukung keberhasilan akademik yang lebih baik.
Peran Iman dalam Mengatasi Prokrastinasi Akademik
Pendekatan berbasis religiositas memberikan perspektif baru yang mendalam dalam memahami dan menangani prokrastinasi akademik. Dalam pendekatan ini, nilai-nilai agama diintegrasikan ke dalam proses belajar, mendorong individu untuk memandang tugas akademik sebagai amanah atau tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan. Dalam Islam, misalnya, konsep tanggung jawab dan amanah memiliki posisi yang sangat penting (Tuaputimain, 2021). Setiap tugas atau kewajiban yang diemban, termasuk tugas akademik, dianggap sebagai bagian dari pengabdian kepada Tuhan. Perspektif ini dapat menjadi motivasi yang kuat bagi pelajar untuk menyelesaikan tugas mereka dengan baik dan tepat waktu.
Psikoedukasi berbasis religiositas tidak hanya berfokus pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada pembentukan karakter yang lebih baik melalui penguatan spiritual. Refleksi spiritual, seperti doa dan ibadah, menjadi sarana penting bagi individu untuk merenungkan makna dan tujuan dari setiap tugas yang mereka hadapi. Dengan melibatkan Tuhan dalam proses belajar, individu merasa lebih bertanggung jawab dan memiliki pandangan yang lebih positif terhadap tantangan akademik yang dihadapi (Haryanti & Santoso, 2020).
Nilai-nilai agama seperti rasa syukur dan tawakal juga memainkan peran penting dalam mengurangi stres dan kecemasan, yang sering kali menjadi pemicu utama prokrastinasi. Ketika individu mensyukuri kesempatan untuk belajar, mereka akan lebih menghargai setiap tugas yang diberikan. Sikap tawakal, atau berserah diri kepada Tuhan setelah berusaha semaksimal mungkin, membantu individu mengatasi rasa takut akan kegagalan. Dengan demikian, stres dan tekanan yang biasanya muncul akibat beban akademik dapat dikelola dengan lebih baik (Abdillah & Fitriana, 2021).
Selain itu, pendekatan ini juga memperkuat rasa disiplin dan tanggung jawab. Individu diajak untuk melihat setiap tugas akademik sebagai bagian dari perjalanan spiritual mereka. Misalnya, menyelesaikan tugas tepat waktu bukan hanya soal memenuhi tuntutan duniawi, tetapi juga sebagai bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Pemahaman ini memberikan dimensi baru pada motivasi belajar, di mana individu tidak lagi bekerja semata-mata untuk mencapai nilai atau prestasi, tetapi juga untuk memperoleh ridha Ilahi.
Dalam pendidikan, pendidik juga dapat memainkan peran penting dengan memperkenalkan konsep religiositas ini kepada siswa. Melalui pendekatan ini, siswa diajak untuk memahami bahwa keberhasilan akademik bukan hanya soal pencapaian materi, tetapi juga bagaimana mereka menjalani prosesnya dengan integritas dan keikhlasan. Dengan demikian, pendekatan berbasis religiositas tidak hanya membantu mengatasi prokrastinasi, tetapi juga membentuk individu yang lebih bertanggung jawab, disiplin, dan optimis dalam menghadapi tantangan hidup.
Sebagai kesimpulan, peran iman dalam mengatasi prokrastinasi akademik tidak dapat diabaikan. Pendekatan berbasis religiositas menawarkan solusi holistik yang tidak hanya menyentuh aspek teknis seperti manajemen waktu, tetapi juga aspek emosional dan spiritual individu. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan akademik, individu dapat mengatasi dorongan untuk menunda tugas, menghadapi tekanan dengan lebih percaya diri, dan mencapai tujuan akademik mereka dengan lebih bermakna.
Referensi:
- Abdillah, F., & Fitriana, S. (2021). Penerapan konseling cognitive behaviour dengan teknik self management untuk mengatasi prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 2(1), 11–24. http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/safrj
- Andhika Mustika Dharma. (2020). Prokrastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa Program Studi Dharma Acarya. Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, Dan Agama, 6(1), 64–78. https://doi.org/10.53565/pssa.v6i1.160
- Chotimah, C., & Nurmufida, L. (2020). Pengaruh Self Regulated Learning Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. J-Mpi, 5(1), 55–65. https://doi.org/10.18860/jmpi.v5i1.7850
- Fadila, N. A., & Khoirunnisa, R. N. (2021). Hubungan Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi Pada Masa Pandemi COVID-19. Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 08(02), 189–198.
- Harmalis, H. (2021). Prokrastinasi Akademik dalam Perspektif Islam. Indonesian Journal of Counseling and Development, 2(1), 83–91. https://doi.org/10.32939/ijcd.v2i01.876
- Haryanti, A., & Santoso, R. (2020). Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Aktif Berorganisasi. Sukma : Jurnal Penelitian Psikologi, 1(01), 41–47.
- Husain, A. R., Wantu, T., & Pautina, M. R. (2023). Perilaku Prokrastinasi Akademik dan Faktor Penyebabnya pada Mahasiswa. Student Journal of Guidance and Counseling, 2(2), 145–157. https://doi.org/10.37411/sjgc.v2i2.1907
- Khotimah, R. H. (2024). HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK, EFIKASI DIRI AKADEMIK, HARGA DIRI DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMP NEGERI DI KOTA MALANG. Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling Volume, 1(2).
- Tuaputimain, H. (2021). Korelasi Antara Efikasi Diri dengan Prokrastinasi Akademik di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Teologi Berita Hidup, 75(17), 399–405.
- Winarso, W. (2023). Mengelola Prokrastinasi Akademik (Issue March). Jejak Pustaka.
Tidak ada komentar